- AS akan mendeteksi rudal hipersonik lewat satelit orbit rendah.
- Setelah rudal hipersonik terdeteksi, apakah AS bisa menghentikannya?
JERNIH — Analis militer Cina mengatakan AS kemungkinan telah memecahkan masalah bagaimana mendeteksi senjata hipersonik, tapi masih harus berjuang menghentikan senjata paling canggih itu.
South China Morning Post (SCMP) memberitakan sebuah laporan dari C4ISRNET, publikasi berbasis di AS yang mencakup isu dan tren dalam transformasi militer global dan teknologi perang, melaporkan satelit prototipe yang akan membangu Badan Pertahanan Rudal AS melacak ancaman hipersonik lulus tinjauan desain kritis dan kemungkinan kontraktor siap membuatnya.
Satelit itu diberi nama Hypersonic and Ballistic Tracking Space Sensor (HBTSS), dan akan beroperasi di orbit rendah Bumi sebagai bagian konstelasi ratusan satelit.
Januari 2021 Badan Pertahanan Rudal AS memilih L3Harris Technologies dan Northrop Grunmman untuk merancang, membangun, dan mendemonstrasikan satelit prototipe HBTSS. L3Harris diberi dana 122 juta dolar AS, atau Rp 1,7 triliun, dan Northrop mendapat 155 juta dolar AS, atau Rp 2,1 triliun.
HBTSS diperlukan karena siapa pun tidak dapat mengiri Bumi dan lautan dengan radar terestrial untuk memenuhi kebutuhan ini.
Zhou Chenming, pakar militer Cina, mengatakan senjata hipersonik lebih sulit dideteksi dibanding rudal tradisional. Lintasan rudal hipersonik mempersulit sistem antirudal untuk menghitung sasaran.
“Tetapi konstelasi satelit orbit rendah seperti Starlink berpotensi mendeteksi dan melacak rudal hipersonik,” kata Zhou. “Sistem ini memiliki satu kelemahan besar, yaitu perawatan yang sangat mahal.”
Song Zhongping, mantan instruktur militer Cina, mengatakan jika HBTSS dapat mendeteksi dan melacak rudal hipersonik, apakah AS dapat menyerang senjata itu?
“Itu pernyataan pentingnya. HBTSS mungkin telah memecahkan masalah bagaimana mendeteksi rudal hipersonik, tapi rudal hipersonik tidak mudah dicegat,” katanya.
Song setuju dengan penilaian Zhou bahwa AS perlu menyiapkan konstelasi satelit untuk memantau penerbangan rudal hipersonik dalam skala global.
Agustus 2021 Cina menguji rudal hipersonik berkemampuan nuklir. Rudal mengelilingi Bumi sebelum meluncur ke sasaran. Financial Times melaporkan uji coba itu mengejutkan AS.
Rudal hipersonik meluncur lima kali kecepatan suara. Tidak hanya dapat digunakan untuk menyerang, tapi juga menangkis serangan hipersonik lawan.
Produsen senjata Lockheed Martin dan Raytheon Technologies berusaha mengembangkan rudal hipersonik selama hampir tiga dekade.
Rusia dan India juga telah memiliki rudal hipersonik. India menguji rudal hipersonik buatan dalam negeri September 2021. Bekerja sama dengan Rusia, India mengembangkan rudal jelajah hipersonik BrahMos II.