Sehubungan usulan pengembangan ekonomi pesantren, Menko Airlangga berjanji akan turun langsung ke jaringan pesantren tradisional di Jawa Barat, serta berencana melakukan program percontohan di beberapa pesantren, yang akan dimulai dari Sukabumi.
JERNIH–Jajaran pimpinan pusat organisasi masyarakat berbasis pesantren di Jawa Barat, Santri Pasundan, bertemu Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan nasib bangsa, khususnya kalangan santri, ke depan. Ketua Umum Pimpinan Pusat Santri Pasundan, Aceng Ahmad Nasir, mengatakan, dalam pertemuan tersebut Santri Pasundan meminta pemerintah untuk lebih mendorong tumbuhnya ekonomi pesantren.
Pada pertemuan yang berlangsung di Jakarta baru-baru ini tersebut, menurut Aceng, kedua pihak sama sekali tidak membahas agenda politik, terutama berkaitan dengan Pilpres 2024. “Pertemuan itu murni membahas soal perekonomian bangsa, kondisi masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19, serta apresiasi kami terhadap segala upaya pemerintah untuk menanggulanginya,” kata Aceng, pemuda santri yang lahir di Limbangan, Garut, tersebut.
Khusus soal itu, menurut Aceng, Santri Pasundan menyampaikan apresiasi tinggi kepada pemerintah atas langkah dan kerja efektif dalam penanganan COVID-19 yang dinilai Santri Pasundan cukup sukses, terutama dilihat dari terlaksananya secara merata program vaksinasi nasional. Ia sendiri mengaku terkesan dengan sikap hangat Airlangga, yang saat itu didampingi Staf Ahli Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Ekonomi, Franky Sibarani.
Berkenaan dengan ekonomi masyarakat pesantren di Jawa Barat, Aceng mengatakan, Santri Pasundan meminta pemerintah untuk lebih mendorong pertumbuhan ekonomi pesantren, mengenjot entrepreneurship santri, serta menginisiasi adanya program bantuan khusus pengembangan usaha untuk para guru ngaji yang berada di perdesaan — terutama di wilayah-wilayah terpencil yang terkendala persoalan administrasi dan jaringan informasi-komunikasi.
Garda Ekonomi Santri
Yang menarik, pada kesempatan itu Santri Pasundan juga mengusulkan pembentukan lembaga yang diusulkan diberi nama Garda Ekonomi Santri. “Gunanya untuk mempersiapkan para santri yang akan mengabdi ke masyarakat, agar menjadi santri yang mumpuni secara keilmuan dan tangguh secara ekonomi,”ujar Aceng.
Tidal hanya itu, Santri Pasundan juga menyampaikan aspirasi para pengusaha kecil dan menengah di lingkungan pesantren di Jawa Barat, terkait tingginya bunga bank saat ini yang bisa mencapai 12 persen. Angka itu dikeluhkan para pengusaha, dan mengusulkan agar bunga kredit bisa berada pada kisaran 6-7 persen. “Karena untuk pengusaha besar yang memiliki deposito sebagai penjaminan pun, penerimaan bunganya hanya di kisaran empat persen saja,” kata Aceng.
Persoalan bunga tersebut menurut Santri Pasundan terkait erat dengan persoalan keadilan ekonomi yang seharusnya dirasakan merata agar pertumbuhan ekonomi lebih massif. Bagi Santri Pasundan, dengan dampak pandemi COVID-19 yang signifikan terhadap ekonomi, diperlukan percepatan untuk menanggulanginya.
Menanggapi usulan Santri Pasundan itu, Aceng mengatakan, Menko Airlangga mengatakan bahwa pemerintah telah memberikan dorongan fiskal kepada para pengusaha kecil dengan diberikan kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang bunganya hanya berada pada kisaran tiga persen. “Pak Menko bahkan menunjuk, bila sebelumnya bantuan itu hanya sekitar Rp50 juta, sekarang telah menjadi Rp100 juta,” kata dia.
Sementara terkait usulan penurunan suku bunga untuk para pengusaha menengah ke bawah, Menko mengatakan perlu ada kajian mendalam, yang dijanjikkan segera dilakukan bersama Tim Kemenko Perekonomian.
Yang menggembirakan, khususnya bagi Santri Pasundan, sehubungan usulan pengembangan ekonomi pesantren, Menko Airlangga berjanji akan turun langsung ke jaringan pesantren tradisional di Jawa Barat, serta berencana melakukan program percontohan di beberapa pesantren, yang akan dimulai dari Sukabumi. [ ]