Site icon Jernih.co

Di Desa-desa India Timur, Warga Menghentikan Kebakaran Hutan dengan Tradisi Musik Leluhur

Para anggota kelompok tari dan lagu religi tampil di Desa Murgapahadi, Kecamatan Keonjhar, Odisha. (Foto: Divisi Kehutanan Keonjhar)

Keterlibatan masyarakat dengan tradisi musik ini telah membantu mengurangi sekitar 60 persen jumlah insiden kebakaran hutan di Keonjhar dari 1.772 pada tahun 2023 menjadi 727 pada 2025.

JERNIH – Pramila Pradhan menjalani kehidupan normal di desanya di India timur, mengurus pekerjaan rumah tangga dan sesekali menyanyikan lagu-lagu rohani untuk masyarakat. Namun dua tahun lalu, segalanya berubah ketika petugas kehutanan menempatkannya di garda terdepan dalam upaya menghidupkan kembali tradisi musik abad ke-15, sebuah cara baru dalam mencegah kebakaran hutan.

Distrik Keonjhar di negara bagian Odisha, tempat Pradhan tinggal, merupakan wilayah yang sensitif secara ekologis dengan hamparan hutan tropis yang luas, tempat sebagian besar pohon menggugurkan daunnya selama bulan-bulan kemarau, membuat wilayah tersebut sangat rentan terhadap kebakaran hutan.

Banyak kebakaran disebabkan aktivitas manusia, karena masyarakat membakar dedaunan untuk mengumpulkan buah, tanaman obat, dan hasil bumi lain yang penting bagi mata pencaharian pedesaan, dan percaya bahwa membakar tanah akan membuatnya lebih subur. Namun, kebakaran justru selama bertahun-tahun mengancam keanekaragaman hayati yang kaya di kawasan tersebut — termasuk harimau, gajah, beruang sloth, dan kijang — serta merusak ekosistem hutan.

Untuk meningkatkan kesadaran terhadap praktik tersebut, pejabat distrik melibatkan perempuan seperti Pradhan untuk menghidupkan kembali praktik sankirtan mandalis — kelompok lagu dan tari pengabdian — dan menyebarkan pesan tersebut.

“Saya dulu bagian dari sebuah kelompok keagamaan yang menyebarkan pesan-pesan keagamaan. Dulu saya sering berpindah-pindah bersama kelompok itu dari satu desa ke desa lain. Setelah bergabung dengan kampanye penyadaran, fokus saya sekarang adalah menyebarkan pesan tentang kebakaran hutan,” ujar Pradhan, seorang ibu dua anak berusia 32 tahun, mengutip Arab News.

Didorong oleh suaminya, dia sekarang memimpin rombongan yang terdiri dari 14 wanita dan dua pria di Desa Murgapahadi, tampil dengan drum dan alat musik perkusi kecil, saat mereka menari dan bernyanyi dalam bahasa lokal dan menambahkan lirik renungan juga baris tentang konservasi hutan.

“Saya senang menjadi bagian dari misi menyelamatkan hutan, yang melindungi kita, dan yang merupakan urat nadi kehidupan. Kita tidak bisa membayangkan hidup kita tanpa hutan,” kata Pradhan. “Kebakaran hutan telah menurun drastis… Sebelumnya, seluruh hutan terbakar. Saya sangat senang upaya kita membuahkan hasil,” tambahnya.

Kampanye dan peran Pradhan diakui Perdana Menteri India Narendra Modi. Dalam pidato radio bulanannya pada akhir Juli, Modi berbicara tentang Pradhan sebagai “inspirasi” dan memuji penyanyi Odisha yang melantunkan mantra untuk perlindungan lingkungan.

Kelompok tari dan lagu kebaktian sankirtan mandalis berawal dari gerakan Bhakti—reformasi sosial dan keagamaan—pada abad ke-15 di India timur. Mereka kemudian melekat dalam kehidupan keagamaan dan desa, khususnya di Odisha dan Bengal, tetapi tidak lagi umum di masa kini.

Departemen kehutanan setempat memutuskan menghidupkannya kembali sebagai bagian dari dana kesadarannya. “Kami berpikir untuk menghidupkan kembali bentuk seni yang hampir punah ini di setiap desa menggunakan dana tersebut, dan kami pikir tidak ada yang bisa menyebarkan kesadaran tentang kebakaran hutan lebih baik daripada mereka, jadi kami melibatkan mereka,” ujar Dhanraj Hanumant Dhamdhere, petugas kehutanan distrik Keonjhar, kepada Arab News.

Kelompok-kelompok ini memberikan dampak. Orang-orang (merasa lebih) terhubung ketika mereka mendengarkan kelompok-kelompok budaya ini dalam bahasa mereka sendiri. Sekarang ada 80 kelompok seperti itu di distrik Keonjhar, bekerja di desa-desa yang memiliki sejarah kebakaran hutan.

Para anggota kelompok tersebut sering tampil secara sukarela, terutama di desa mereka sendiri, tetapi juga didukung departemen kehutanan, dan dapat memperoleh sekitar $60 hingga $100 sebulan dari pekerjaan, yang juga membantu komunitas mereka.

“Ini memberi penghidupan. Tergantung jumlah orang dalam kelompok, mereka mendapatkan uang, dan ini membantu menopang penghidupan di desa-desa,” kata Dhamdhere.

Keterlibatan masyarakat telah membantu mengurangi sekitar 60 persen jumlah insiden kebakaran hutan di Keonjhar — dari 1.772 pada tahun 2023 menjadi 727 pada tahun 2025.

“Penurunan signifikan dalam insiden kebakaran ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat yang didorong oleh kegiatan sosialisasi budaya, terutama pertunjukan sankirtan … Kampanye kesadaran ini telah menciptakan situasi di mana kami mendapatkan kerja sama dari masyarakat,” ujar Dhamdhere.

Exit mobile version