JERNIH – Gangguan psikologis di masa pandemi tak hanya dialami oleh para pasien Covid-19. Dokter dan tenaga kesehatan pun mengalami hal serupa. Kelelahan hingga taruhan nyawa karena tertular Covid-19 selalu membayangi mereka.
Survei Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melaporkan 85 persen dari seluruh dokter yang masih bertugas menangani Covid-19 mengalami gangguan psikologis. Data dari @timmitigasiidi menyebutkan sampai 20 November 2020 ada 168 dokter di Indonesia yang meninggal akibat COVID19 selama 9 bulan pandemi ini dan total 300 lebih tenaga kesehatan (nakes) juga menjadi korban.
Laporan itu juga menyebutkan, 87 orang merupakan dokter umum. Empat dokter di antaranya adalah guru besar. Sementara itu, 79 dokter spesialis dengan enam di antaranya guru besar meninggal dalam tugas pelayanan saat pandemi, sedangkan dua dokter yang meninggal dunia merupakan dokter residen.
Berdasarkan wilayah, jumlah dokter yang meninggal terbanyak tercatat berada di Jawa Timur yakni sebanyak 36 dokter. DKI Jakarta menyusul dengan jumlah dokter yang gugur sebanyak 27 orang. Selain itu, IDI melaporkan ada 24 dokter yang meninggal di Sumatra Utara, 12 dokter di Jawa Barat, dan 12 lainnya di Jawa Tengah.
Survei itu juga menyebutkan bahwa mayoritas dokter yang meninggal adalah laki-laki dengan persentase 87 persen atau 146 dokter dan sisanya 13 persen atau 22 dokter adalah perempuan.
Dari keseluruhan dokter yang meninggal akibat Covid-19 belum lama ini termasuk di antaranya Ketua Tim Percepatan Partisipasi Masyarakat Penanggulangan Covid-19 PB IDI Andrianto Purnawan yang meninggal dunia pada Rabu (18/11/2020) di RS Soetomo, Surabaya karena Covid-19 pada usia 38 tahun.
“Angka ini masih terus bertambah dengan tidak terkendalinya kondisi wabah secara umum di Indonesia,” ungkap Survei Tim Mitigasi IDI dalam akun Instagram @timmitigasiidi, kemarin.
Kondisi yang dialami para dokter dan tenaga kesehatan ini disebut burnout syndrome yakni merupakan kondisi stres yang berhubungan dengan pekerjaan atau kerap disebut occupational burnout atau job burnout. Data menyebutkan mayoritas nakes di Indonesia mengalami burnout saat ini karena kelelahan menghadapi wabah.
“Kondisi saat ini merupakan masa-masa sangat kritis dan ironis. Karena di saat sistem kesehatan hampir ambruk, pihak pemerintah dan sebagian masyarakat seolah menormalisasi kondisi wabah saat ini dengan membiarkan para nakes mengalami tekanan dan bahkan manambah risiko kematian mereka akibat wabah,” ungkap akun tersebut.
Tim Mitigasi IDI mengajak semua pihak untuk terus sadar bahwa #CORONAMASIHADA , dan berempati kepada para tenaga kesehatan dengan terus menjalani 3M yakni memakai masker, menerapkan jarak sosial dan mencuci tangan dengan sabung di air mengalir. Juga mepraktekkan Ventilasi Durasi Jarak (VDJ) setiap saat serta mengawal pemerintah untuk meningkatkan 3T (Tracing, Testing, Treatment), demi membuat semua bisa bertahan melalui waktu sulit ini. [*]