Site icon Jernih.co

Dua Pria Tunawisma Ditemukan Tewas di Kereta Bawah Tanah New York

Kematian itu terjadi ketika Metropolitan Transportation Authority, polisi dan pemerintah kota tengah berjuang untuk mengeluarkan orang-orang tunawisma dari kereta, tempat mereka mencari perlindungan karena tempat penampungan penuh dengan virus

NEW YORK CITY– Dua orang pria, keduanya diyakini tunawisma, ditemukan tewas di kereta bawah tanah kota New York selama akhir pekan. Menurut polisi, mereka ditemukan dalam dua kasus terpisah, dengan penyebab kematian yang belum ditentukan.

Pria pertama, berusia 56 tahun, ditemukan pada Jumat malam, dalam kondisi ‘terbungkuk dan tak sadarkan diri’ oleh sesame penumpang lain di gerbong kereta C,  di 168th Street, Manhattan.

Polisi mengatakan tidak ada tanda-tanda penganiayaan pada pria yang namanya tidak disebutkan itu.

Pria kedua ditemukan pada Sabtu pagi, kembali di sebuah gerbong kereta bawah tanah di Brooklyn. Polisi tak memberikan rincian lebih lanjut.

Menurut Dewan Kota New York, satu dari dua korban tewas itu dinyatakan negative dalam tes virus corona yang dilakukan kepada mereka berdua. Sementara tes untuk orang kedua sedang ditunggu hasilnya.

Kematian itu terjadi ketika Metropolitan Transportation Authority (MTA), polisi dan pemerintah kota tengah berjuang untuk mengeluarkan orang-orang tunawisma dari kereta, tempat mereka mencari perlindungan dari tempat penampungan yang penuh dengan virus. Mulai Rabu ini, sistem kereta bawah tanah yang biasanya buka 24 jam akan ditutup selama empat jam setiap malam untuk disinfeksi.

Seorang juru bicara Walikota de Blasio, Freddi Goldstein, menulis di Twitter tentang kedua orang itu. “Tim kami telah menjangkau orang-orang ini, tetapi mereka belum setuju untuk tinggal di penampungan. Menutup subway setiap malam tentu akan membantu.”

Kenneth Lovett, penasihat senior di MTA, menyebut kematian itu “memilukan” dan mengatakan bahwa agensi itu bekerja sama dengan polisi untuk penyelidikan lebih jauh.

“Kami telah berulang kali mengatakan bahwa kereta bawah tanah bukanlah pengganti untuk tempat berlindung. Dan jika kedua orang ini memang tunawisma, seperti yang diduga, jelas lebih banyak yang harus dilakukan oleh kota untuk memastikan semua warga New York memiliki akses ke tempat penampungan dan layanan yang diperlukan,” kata Lovett. [the new York times]

Exit mobile version