Site icon Jernih.co

India Benarkan Jenazah di Sungai Gangga Korban Covid-19

JERNIH — Pemerintah India mengakui mayat korban Covid-19 ditemukan di antara ribuan jenazah yang dihanyutkan di Sunga Gangga.

Laporan pemerintah negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar, dua wilayah berbagai tepi Sungai Gangga sepanjang 1.300 kilometer, menyebutkan hal itu. Ini kali pertama kedua negara bagian mengakui jenazah yang dilarung di Sungai Gangga adalah korban Covid-19.

Dalam pengakuan resmi pemerintah Uttar Pradesh dan Bihar juga menyebutkan jenazah kemungkinan adalah anggota keluarga miskin dari desa-desa di sepanjang Sungai Gangga. Keluarga membuangnya dengan alasan tidak punya uang untuk mengadakan upacara kremasi, dan ketakutan terhadap penyakit.

Gambar mayat hanyut di Sungai Gangga, yang dianggap suci umat Hindu, mengejutkan banyak negara. India kini terhuyung diterpa gelombang kedua Covid-19, dengan jumlah korban di atas 3.000 per hari.

Meski laporan media mengaitkan peningkatan jumlah jenazah di Sunga Gangga, dan anak-anak sungainya, negara bagian Uttar Pradesh kerap mengelak mayat itu korban Covid-19.

Uttar Pradesh adalah negara bagian terpadat di India, dengan 240 juta orang bermukim di dalamnya. Di seberangnya, Bihar adalah negara bagian terpadat kedua, dengan populasi sedikit di bawhnya.

Manoj Kumar Singh, seorang pejabat senior negara bagian Uttar Pradesh, dalam suratnya bertanggal 14 Mei menulis memiliki informasi bahwa jenazah korban Covid-19 atau penyakit lainnya di buang ke sungai, bukan dikremasi sesuai ritual yang tepat.

Akibatnya, menurut Kumar, mayat mengambang mengikuti aliran sungai dan terdampar di tepi sungai yang jauh dari pembuangan. Namun Kumar Singh tidak dapat dihubungi wartawan untuk dimintai komentar langsung.

Pengakuan negara bagian Uttar Pradesh muncul setelah PM India Narendra Modi, Sabtu lalu, meminta pejabat memperkuat sumber daya perawatan kesehatan di daerah pedesaan dan meningkatkan pengawasan ketika virus menyebar cepat ke daerah-daerah.

Uttar Pradesh adalah negar bagian di India paling parah terkena lonjaka Covid-19 kedua. Pakar kesehatan mengatakan banyak kasus sekarang tidak terdeteksi di des-desa, tempat sebagian besar penduduk bermukim.

Singh, dalam memo kepada kepada-kepala daerah bawahannya, mengatakan kurangnya dana untuk membeli kayu bakar menyebabkan keluarga membuang mayat ke Sungai Gangga. Keluarga juga takut menahan jenazah lebih lama sampai keluarga mampu membeli kayu kabar.

Singh meminta pejabat di desa memastikan tidak ada jenazah dibuang ke Sungai Gangga, dan pemerintah negara bagian akan memberikan uang 5.000 rupee, atau Rp 970 ribu, untuk biaya kremasi atau menguburkan jenazah. Negara juga meminta polisi berpatroli di sepanjang Sungai Gangga untuk menghentikan praktek buang mayat.

Exit mobile version