Site icon Jernih.co

India Bentuk Forum Ilmuwan Virus, tapi Peringatannya tak Didengar, Jadilah Bencana

JERNIH — India membentuk forum penasehat ilmiah yang memberi masukan kepada pemerintah. Maret 2021 lalu, forum mengingatkan pemerintah akan varian baru virus korona yang lebih menular, tapi pemerintah tutup telinga.

Tidak ada pembatasan skala besar untuk menghentikan penyebaran. Jutaan orang, sebagian besar tidak mengenakan topeng, menghadiri festival keagamaan dan demo politik yang diadalah PM Narendra Modi, pemimpin Partai Bharatiya Janata yang berkuasa.

Saat yang sama puluhan ribu petani terus berkemah di pinggiran New Delhi, memprotes perubahan kebijakan pertanian.

Kini, yang terjadi adalah tragedi. Negeri terpadat kedua di dunia itu babak belur menahan gelombang kedua pandemi, yang jauh lebih parah dibanding gelombang pertama tahun lalu. Badai Covid-19 di India diperburuk kemunculan varian baru virus korona, dan varian lain yang kali pertama terdeteksi di Inggris.

Hari ini, Sabtu 1 Mei, India mencetak rekor global harian dengan 401.993 kasus. Jumlah total kasus menajdi 19,1 juta, dengan 3.523 meningga dalam 24 jam terakhir. Jumlah total kematian menjadi 211.853, menurut data Kementerian Kesehatan.

Lonjakan infeksi adalah krisis terbesar sejak PM Modi menjabat tahun 2014. Orang bertanya-tanya bagaimana PM Modi menangani semua ini, dan apakah mempengaruhi partainya.

Pemilu India berikutnya tahun 2024. Pemilihan lokal sebagian besar telah selesai, sebelum skala lonjakan infeksi memburuk.

Ke Mana Laporan Itu?

Peringatan akan kemunculan varian baru virus korona di India dikeluarkan Maret 2021 oleh Konsorsium Genetika SARS-CoV-2 India, atau INSACOG. Menurut seorang ilmuwan, laporan itu disampaikan ke pejabat, yang akan melaporkan langsung ke PM Narendra Modi.

Tidak ada yang bisa memastikan apakah laporan itu disampaikan atau tidak. Yang membingungkan adalah kantor PM India tidak berkomentar soal ini.

INSACOG dibentuk pemerintah Desember 2020, sebagai forum penasehat. Forum juga bertugas mendeteksi varian genom yang berpotensi mengancam kesehatan masyarakat. INSACOG menyatukan 10 laboratorium nasional yang mampu mempelajari varian virus.

“Peneliti INSACOG kali pertama mendeteksi B.1.617, kini dikenal dengan sebutan varian india, adal Februari 2021,” kata Ajay Parida, direktur Insitut Ilmu Hayati yang dikelola negara dan anggota INSACOG.

INSACOG membagikan temuannya ke Pusat Pengendalian Penyankit Nasional (NCDC) sebelum 10 Maret, dengan peringatan akan infeksi yang terjadi sedemikian cepat di beberapa negara bagian.

Seorang direktur di Pusat Penelitian di India Utara mengatakan temuan itu diteruskan ke Kementerian Kesehatan India. Setelah itu tidak ada yang tahu apakah temuan dan peringatan itu sampai ke meja perdana menteri. Kementerian Kesehatan juga bungkam soal ini.

Pada tanggal itu pula INSACOG menyusun draf media statement untuk Kementerian Kesehatan. Versi draft itu, dilihat banyak wartawan, menguraikan temuan forum.

Bahwa varian India memiliki mutasi ganda signifikan pada bagian virus yang menempel di sel menusia, dan telah dilacak pada 15 sampai 20 persen sampel di Maharasthra — negara bagian terparah terkena dampak.

Draf itu juga menyebutkan mutasi, yang disebut E484Q dan L452R, menjadi perhatian serius. Ada data virus mutan E484Q yang lolos dari antibodi, yang sangat menetralkan dalam kultur. Ada juga data bahwa mutasi L452R bertanggung jawb atas peningkatan penularan dan hilangnya sistem kekebalan.

Ini berarti versi virus bermutasi lebih mudah memasuki sel manusia, dan melawan respon kekebalan seseorang terhadapnya.

Kementerian Kesehatan mempublikasikan temuan itu sekitar dua pekan kemudian. Pada 24 Maret, ketika mengeluarkan pernyataan kepada media, Kementerian Kesehatan tidak menyertakan kata ‘sangat prihatin’.

Pernyataan itu hanya berbunyi bahwa varian lebih bermasalah memerlukan tindakan yang sudah dilakukan, yaitu peningkatan pengujian dan karantina. Pengujian meningkat hampir dua kali lipat, atau menjadi 1,9 juta per hari.

Shahid Jameel, ketua kelompok panasehat ilmiah INSACOG, mengatakan sangat prihatin pihak berwenang tidak cukup memperhatikan bukti saat mereka menetapkan kebijakan.

“Kebijakan harus berdasarkan bukti, bukan sebaliknya,” kata Jameel. “Saya khawatir sains tidak diperhitungkan untuk mendorong kebijakan. Tapi saya tahu di mana yurisdiksi saya berdiri. Sebagai ilmuwan kami memberi bukti, pembuatan kebijakan adalah tugas pemerintah.”

Parida mengatakan draf rilis media telah dikirim ke birokrat paling senior di india, yaitu sekretaris kabinet Rajiv Gauba. Dialah yang melapor ke perdana menteri.

Gauba tidak berkomentar apa pun soal ini. Tidak diketahui apakah dia melaporkan semuanya kepada PM Modi, atau menahan laporan itu di mejanya.

Yang pasti, pemerintah tidak mengambil langkah apa pun untuk mencegah pertemuan orang dalam jumlah besar, yang mungkin mempercepat penyebaran varian baru. Sebab, infeksibaru meningkat empat kali lipat pada 1 April, dibanding bulan sebelumnya.

Sepanjang Maret-April, PM modi menggelar aksi massa di seluruh negeri untuk pemilihan lokal. Pemerintah juga mengijinkan festival keagamaan Kumbh Mela selama berminggu-minggu, dan dihadiri jutaan umat Hindu. Festival berlangsung mulai pertengahan Maret.

Saumita Das, direktur Institut Nasional Genomedis Biomedis dan bagian INSACOB, mengatakan tidak ada guna menyalahkan pemerintah. Sebab, lonjakan itu jauh lebih besar dari yang diperkirakan dan kemunduran tidak dapat disematkan pada kepemimpinan politik saja.

Tidak Dilakukan

INSACOG melapor ke NCDC di New Delhi. Direktur NCDC Sujeet Kumar Singh dalam pertemuan oline baru-baru ini mengatakan tindakan penguncian yang ketat telah diperlukan pada awal April.

“Waktuyang tepat, menurut pemikiran kami, adalah 15 hari sebelumnya,” kata Singh dalam pertemuan 19 April.

Singh tidak mengatakan apakah dia memperingatkan pemerintah secara langsung tentang perlunya tindakan pada saat itu. Ia hanya mengatakan telah menyampaikan urgensi masalah itun kepada pejabat pemerintah.

“Telah disoroti dengans sangat jelas bahwa kecuali tindakan drastis sekarang, akan terlambat mencegah kematian yang akan kita saksikan,” kata Singh, merujuk pada pertemuan 18 April.

Singh tidak mengidentifikasi pejabat pemerintah yang hadir dalam rapat, dan mendeskripsikan senioritas mereka.

Ia hanya mengatakan beberapa pejabat pemerintah dalam pertemuan itu menyampaikan kekhawatiran kota-kota berukuran sedang dapat terjerumus ke masalahhukum dan ketertiban umum, karena persediaan medis — salah satunya yang paling penting — habis. Sebuah skenario yang mulai terjadi di beberapa negara bagian India.

Perlunya tindakan segera juga diungkapkan sepekan sebelumnya oleh Satuan Nasional untuk Covid-19, sekelompok 21 ahli dan pejabat pemerintah yang dibentuk April lalu untuk memberikan bimbingan ilmiah dan teknis kepada Kementerian Kesehatan tentang pandemi. Satgas diketuai VK Paul, pansehat terkemuka PM Modi.

Kelompok ini berdiskusi pada 15 April, dan dengan suara bulat setuju bahwa situasinya serius dan tidak perlu ragu melakukan penguncian. Paul hadir dalam diskusi itu. Yang tidak diketahui adalah apakah Paul menyampaikan kesimpulan diskusi kepada Modi.

Menentang Penguncian

Dua hari setelah peringatan Singh kepada pejabat pemerintah, PM Modi berbicara pada 20 April tentang sikapnya menentang penguncian. Menurutnya, penguncian harus menjadi pilihan terakhir dalam memerangi virus.

Penguncian nasional dua bulan setahun lalu membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan, dan menghancurkan ekonomi.

“Kita harus menyelamatkan negara dari penguncian,” ujar PM modi. “Saya juga akan meminta negara bagian menggunakan penguncian sebagai opsi terakhir.”

Menurut PM Modi, yang harus dilakukan adalah menghindari penguncian dan fokus pada zona penahanan mikro. Yang dimaksud adalah penguncian lokal yang diberlakukan pihak berwenang untuk mengendalikan wabah.

Pemerintah negara bagian memiliki kebebasan luas menetapkan kebijakan kesehatan, dan beberapa telah bertindak secara independen untuk mengendalikan virus.

Maharasthra, negara bagian terpadat kedua di India, memberpakukan pembatasan ketat; penutupan kantor dan toko, pada awal April karena rumah sakit kehabisan tempat tidur, oksigen, dan obat-obatan.

Namun, semuanya sudah terlambat. India kini terus mencetak rekor kasus harian.

Exit mobile version