Site icon Jernih.co

Indonesia vs Uzbekistan: Jangan Ada Lagi Pesimisme di Antara Kita

JERNIH — Sebelum laga Korea Selatan (Korsel) vs Indonesia, saya sempat menulis pesan pendek ke beberapa kawan; “Jangan berharap terlalu banyak. Kita bisa bikin gol aja udah bagus.”

Saya tidak melihat kemenangan melawan Australia dan Yordania sebagai alasan untuk optimistis Indonesia memberi perlawanan memadai saat menghadapi Korsel. Sebab, Korsel adalah salah satu raksasa sepak bola Asia, dengan sistem pembinaan berkelanjutan yang mapan dan produktif.

Alasan lain, Indonesia punya catatan buruk menghadapi Korsel selama empat dekade. Secara fisik, pemain Korsel lebih unggul dari pemain Indonesia. Korsel mampu bermain cepat ala Eropa.

Beberapa kawan merespon pesan pendek saya. Lainnya tidak. Rupanya, yang tidak merespon pesan saya itu mewakili jutaan orang Indonesia yang tak berhenti berharap Indonesia akan menang.

Jutaan orang itu tak sekedar berharap, tapi berdoa, membentuk energi luar biasa bagi mereka yang bertarung di lapangan. Di luar rumah saya, berisik minta ampun berlangsung sampai jelang Subuh.

Dua gol Indonesia disambut gegap gempita dan histeria. Saat laga diselesaikan melalui adu penalti, dua penyelamatan penjaga gawang Ernando Ari menciptakan gemuruh luar biasa.

Keesokan hari, beredar video nonton bareng di sejumlah tempat di Indonesia. Di Malang, orang-orang menatap layar lebar sambil berdiri, menyaksikan harapan mereka menjadi kenyataan.

Rupanya, kita bukan orang yang cepat putus asa. Empat dekade tak bisa mengalahkan Korsel sama sekali tidak membuat orang Indonesia kehilangan optimisme tim tercintanya bisa mengalahkan salah satu raksasa sepak bola Asia.

Senin 29 April 2024 Indonesia menghadapi Uzbekistan di semifinal Piala Asia U23 di Stadion Abdullah bin Khalifa Stadium. Kali ini saya tidak punya alasan untuk pesimistis.

Terlebih, pelatih Shin Tae Yong (STY) dalam wawancara dengan afc.com mengatakan; “Kini, melawan siapa pun di semifinal, saya yakin Indonesia akan menang.”

Menariknya, beberapa kawan memperlihatkan pesimisme menghadapi laga ini. Salah satunya mengatakan; “Tapi, Rafael Struick tidak bisa bermain akibat dua akumulasi kartu kuning.”

Menurut saya, itu bukan alasan untuk pesimistis, atau setidaknya tidak optimistis. Saya yakin STY punya solusi untuk itu. Sebagai pelatih yang tempat tahun bersama pemain sama, STY tahu kemampuan setiap individu anak-anaknya.

Saya nggak mau lihat statistik tim, yang menempatkan Uzbekistan sebagai tim produktif dengan 12 gol dan Indonesia dengan tujuh gol. Sebab, statistik kadang membuat kita skeptis akan kemampuan diri kita sendiri.

Mengutip STY, saya percaya inilah saat tidak ada lagi pesimisme di antara kita jelang laga Indonesia vs Uzbekistan. Sebagai gantinya, jadilah saksi sejarah Indonesia merebut tiket pertama ke Olimpiade Paris dan melaju ke final Piala Asia U23.

Exit mobile version