Site icon Jernih.co

Ini Ramalan Stephen Hawking Sembilan Tahun Lalu tentang Kecerdasan Buatan

JERNIH Fisikawan Stephen Hawking telah tiada, tapi ramalannya akan perkembangan kecerdasan buatan yang akan menghancurkan umat manusia kini menjadi perbincangan.

“Pengembangan kecerdasan buatan penuh akan menjadi akhir umat manusia,” kata Hawking dalam wawancara dengan BBC tahun 2014.

Hawking menyampaikan hal itu saat kecerdasan buatan (AI) belum berkembang seperti saat ini. Elon Musk dan Steve Wozniak, juragan Tesla dan salah satu pendiri Apple, belum melihat perkembangan mengkhawatirkan.

Musk dan Wozniak baru saja menandatangani surat peringatan bahwa AI akan menimbulkan risiko besar bagi umat manusia, dan para pakar harus memperlambat pengembangannya.

Hawking, yang menderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS) selama lebih dari 55 tahun, meninggal tahun 2018 pada usia 76 tahun. Meski mengkritik AI, Hawking juga menggunakan bentuk teknologi yang sangat mendasar untuk berkomunikasi karena penyakit yang melemahkan otot.

Fisikawan itu tidak dapat berbicara sejak 1985 dan mengandalkan berbagai cara untuk berkomunikasi, termasuk perangkat penghasil ucapan yang dijalankan oleh Intel. Perangkat ini memungkinkannya menggunakan gerakan wajah untuk memiliki kata dan huruf yang disintensis menjadi ucapan.

Komentar Hawking bahwa AI dapat menjadi akhir bagi umat manusia adalah jawaban atas pertanyaan tentang potensi pembenahan teknologi suara yang dia andalkan.

Menurut Hawking, bentuk paling dasar dari AI telah terbukti kuat, tetapi menciptakan sistem yang menyaingi dan mengungguli kecerdasan manusia dapat menjadi bencana bagi umat manusia.

“Itu akan lepas landas dengan sendirinya dan mendesain ulang diri sendiri dengan kecepatan yang terus meningkat,” katanya. “Manusia, yang dibatasi evolusi biologis yang lambat, tidak dapat bersaing dan akan tergantikan.”

Beberapa bulan setelah kematiannya, buku terakhir Hawking — judulnya; Brief Answers to the Big Questions — beredar di pasaran. Buku sains itu membantah argumen Hawking yang melawan keberadaan Tuhan, dan bagaimana manusia kemungkinan besar akan hidup di luar angkasa suatu hari, serta ketakutannya terhadap rekayasa genetika dan pemanasan global.

AI menempati posisi teratas dalam daftar pertanyaan besar, dengan alasan komputer kemungkinan akan menyusul kecerdasan manusia dalam seratus tahun terakhir.

“Kita mungkin menghadapi ledakan kecerdasan yang pada akhirnya menghasilkan mesin dengan kecerdasan lebih hebat dari manusia,” tulis Hawking. “Jika itu terjadi, kecerdasan manusia tidak lebih dari siput.”

Menurutnya, komputer perlu dilatih untuk menyelaraskan dengan tujuan manusia. Namun dia juga mengatakan tidak mengambil risiko dengan AI berpotensi serius menjadi kesalahan terburuk umat manusia.

“Sangat menggoda untuk mengabaikan gagasan mesin sangat cerdas sebagai fiksi ilmiah belaka, tetapi ini akan menjadi kesalahan dan berpotensi menjadi kesalahan terburuk kita,” ujar Hawking.

Musk dan Wozniak telah menggemakan kekhawatiran itu, tapi sejumlah perusahaan berlomba menghasilkan teknologi yang akan melebihi GPT-4. Google sedang bekerja merombak mesin pencarinya, telah membuat yang baru dnegan mengandalkan AI.

Microsoft meluncurkan mesin pencari ‘Bing Baru’, yang digambarkan sebagai kopilot bertenaga AI untuk web pengguna. Musk mengatakan akan meluncurkan sistem AI yang digambarkannya sebagai pencarian kebenaran maksimum.

Sebelum kematiannya, Hawking sempat mengatakan; “Dunia perlu belajar bagaimana mempersiapkan dan menghindari potensi risiko terkait AI. Sistem AI bisa menjadi peristiwa terburuk dalam sejarah peradaban umat manusia.”

Keberhasilan menciptakan AI yang efektif, lanjut Hawking, bisa menjadi peristiwa terbesar dalam sejarah peradaban atau yang terburuk. “Kita tidak pernah tahu apakah kita akan terbantu tanpa batas oleh AI, atau terabaikan dan dikesampingkan. Bahkan mungkin dihancurkan oleh AI,” kata Hawking dalam pidato ilmiahnya dalam Web Summit di Portugal tahun 2017.

Exit mobile version