Site icon Jernih.co

Israel Persenjatai Kelompok Kriminal Palestina, Al Qaeda, dan ISIS untuk Perangi Hamas di Gaza

JERNIH — Israel menebar kelompok kriminal di Rafah, beberapa di antaranya berafiliasi dengan Negara Islam (IS) — sebelumnya bernama ISIS — untuk menjarah bantuan kemanusiaan di bawah perlindungan militer.

Pemimpin masyarakat sipil Gaza, pejabat polisi, dan seorang pejabat PBB, mengatakan kepada The New Arab bahwa Israel tidak campur tangan dengan para penjahat tapi melepas tembakan ke arah polisi setempat yang berusaha mencegah penjarahan.

Sumber-sumber di Gaza mengatakan munculnya kelompok kriminal terorganisasi adalah dalih baru Israel untuk mencegah masuknya bantuan kemanusiaan, untuk menciptakan keruntuhan masyarakat akibat kelaparan, serta mengkondisikan warga Palestina untuk menyalahkan diri sendiri atas penderitaan mereka.

Pemerintah Israel menggunakan pelanggaran hukum ini untuk mempromosikan gagasan mengizinkan perusahaan keamanan swasta asing beroperasi di Gaza dengan topeng kemanusiaan.

Hamas kini tidak hanya menghadapi tentara Israel, tapi kelompok kriminal yang dikerahkan Tel Aviv. Faksi-faksi bersenjata lainnya, plus polisi lokal, dibuat sibuk menghadapi kelompok kriminal. Israel akan memantau pergerakan Hamas dan menjatuhkan bom.

Mensponsori Penjarahan Siang Bolong

Pada 18 November, badan-badan PBB mendapatkan izin masuk bagi 109 truk ke Gaza, setelah berbulan-bulan pembatasan ekstrem Israel yang menyebabkan asupan makanan harian warga Gaza turun menjadi 187 sampai 454 gram per orang pada Oktober 2024.

Sebelum perang, 500 truk memasuk Gaza setiap hari kerja, itu pun masih belum mencukupi kebutuhan pangan harian penduduk.

Namun, keberhasilan kecil badan-badan PBB tidak berlangsung lama. Sebanyak 98 truk dijarah oleh kelompok kriminal bersenjata di daerah yang diberi nama zona pembunuhan, dan berada di bawah kendali Israel. Tidak ada warga Palestina diizinkan masuk.

Seorang pejabat PBB mengatakan kepada The New Arab bahwa dua truk berusaha mencapai bagian utara Gaza, tapi dihentikan tentara Israel selama lima jam di koridor Netzarim. Truk-truk itu kemudian dijarah.

Dua insiden itu memperburuk kelaparan akut yang terjadi di Gaza selatan, dan menciptakan antrean panjang di luar beberapa toko roti yang tersisa di Deir al-Balah.

Penyergapan batuan telah menjadi rutinitas di Gaza. Menurut memo internal PBB, tentara Israel memberi perlindungan pasif dan aktif. Artinya, kelompok kriminal bersenjata mendirikan kompleks seperti militer di timur Rafah,yang dibatasi dan dikendalikan tentara Israel.

Warga Palestina yang mencoba mencapai wilayah ini dengan jalan kaki akan dihentikan drone atau ditembak tentara Israel. Kelompok kriminal yang beroperasi di Gaza dilengkapi AK-47 dan senjata lain, dan hanya berjarak 100 meter dari tank Israel.

Tentara Israel, menurut sumber di kepolsiian Gaza, tidak pernah menembak kelompok kriminal yang menjarah truk tapi menargetkan polisi yang berusaha menghentikan penjarahan.

Israel mendorong penjarahan dengan cara lain. Yaitu, melarang rokok memasuki Gaza, tapi mengizinkan diselundupkan ke dalam truk bantuan. Akibatnya, harga rokok meroket, mendorong kriminal bersenjata menjarah truk untuk, menyebarkan isinya, dengan dalih mencari rokok.

Dua Panglima Kriminal

Dua penjahat paling dicari diduga berada di balik kelompok-kelompok kriminal utama yang menjarah sebagian besar bantuan di Gaza. Keduanya membentuk kelompok terorganisasi, yang beranggotakan 200 orang dan memiliki gudang-gudang tempat menyimpan barang jarahan dan menjualnya ke penduduk dengan harga gila.

Kelompok-kelompok itu memeras organisasi bantuan kemanusiaan, dengan menuntut biaya perlindungan 4.000 dolar AS per truk jika ingin memasuki Gaza tanpa dijarah. Israel merekomendasikan agar LSM membayar suap melalui perusahaan tertentu sebagai perantara.

Satu dari dua penjahat yang menjadi ketua kelompok kriminal adalah Yasser Abu Shabab, pengedar narkoba yang dihukum penjara di Gaza beberapa kali, sampai polisi membebaskannya selama perang.

Pekan lalu, polisi dan militan Hamas berusaha melenyapkan Abu Shabab dalam penyergapan yang menewaskan 11 anggota kelompok penjahat itu, termasuk saudara laki-laki Shahab dan seorang akuntan.

Sehari kemudian Abu Shabab membalas dengan menjarah truk bahan bakar, membakar truk lainnya, dan mencegah orang lain mencapai persimpangan Karem Shalom untuk mengambil bantuan dari pihak Israel.

Pemimpin geng kedua adalah Shadi al-Soufi, terpidana pembunuh dan putra kolaborator Yahudi. Al-Soufi dijatuhi hukuman mati tahun 2020, karena membunuh Jabr al-Qeeq — anggota senior Front Populer untuk Pembebasan Palesetina (PFLP.

Al Qeeq dipenjara oleh Israel selama 15 tahun karena ikut serta dalam pembersihan kolaborator di Gaza selama Intifada Pertama. Salah satu yang terbunuh adalah ayah al-Soufi.

Al Soufi ditangkap polisi Gaza dalam operasi khusus akhir 2020. Al Tarabin, klan al-Soufi, sempat mengumumkan al-Soufi melarikan diri ke Sinai. Tiba-tiba al-Soufi muncul kembali di Gaza setelah invasi darat Israel. Terdapat dugaan Israel membawa kembali al-Soufi dan memberinya tugas khusus.

Pekan lalu, al-Sourfi muncul dalm rekaman daring untuk membantah tuduhan terhadapnya. Sumber kepolisian bersikeras bawa dia pemimpin kelompok bersenjata.

Pasukan keamanan Gaza berusaha melenyapkan al-Soufi dalam penyergapan akhir September. Sumber yang dekat dengan kepolisian mengatakan polisi Palestina salah identifikasi, dan seorang pekerja kemanusiaan bernama Islam Hijazi menjadi korban.

Israel Persenjati Penjahat

Seorang mantan pejabat senior Otoritas Palesetina, yang saat ini membantu INGO, mengatakan kepada The New Arab bahwa ketika pasukan Israel menyerbu suatu daerah mereka meninggalkan senjata ringan di mayat-mayat pejuang Hamas. Senjata-senjata itu dikumpulkan para penjahat setelah tentara Israel pergi.

Reporter lokal Palestina menguatkan cerita ini, dengan mengatakan para penjahat penjarah bantuan memperoleh senjata dengan cara seperti itu.

Israel juga secara langsung menyediakan senjata untuk kelompok-kelompok kriminal. Indikasinya, Maret 2024 Israel secara terbuka mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mempersenjatai klan-klan di Gaza yang bertentangan dengan Hamas. Beberapa klan memiliki kaitan dengan ISIS, sekarang IS, dan Al Qaeda. Salah satunya klan Doghmush.

Pemerintah Israel membayangkan untuk menugaskan klan-klan ini mendistribusikan bantuan, membangun tata kelola keamanan Gaza sehari-hari, dan menjalankan zona bebas Hamas.

Agustus 2024 lalu muncul rekaman remaja dan pemuda dari klan di Deir al-Balah memamerkan senapan M-16 buatan AS di jalan-jalan di siang bolong. Remaja itu menembak ke udara tanpa menjadi sasaran tentara Israel, yang beroperasi satu kilometer jauhnya.

Yang membuat insiden semakin luar biasa adalah Israel menerbangkan puluhan drone terus-menerus di seluruh Gaza. Mereka yang berjalan dengan membawa senjata akan menjadi sasaran bom. Namun, jika yang membawa senjata adalah anggota klan boneka Yahudi, Israel tidak akan melakukan apa-apa.

Joe SAba, ketua dewan direksi ANERA, mengatakan jika seorang warga Gaza mempertahankan rumahnya dari penjarahan dengan pistol, Israel akan menganggapnya sasaran sah untuk dibom.

Yeng lebih menarik adalah senapan M-16 langka di Gaza. Tiba-tiba senapan AK-47 membludak. Muncul kecurigaan Israel sedang menciptakan situasi saling bunuh di antara penduduk Gaza.

Exit mobile version