Site icon Jernih.co

Jepang Peringati 75 Tahun Pemboman Tokyo

Tokyo — Jepang membatalkan hampir semua acara publik akibat virus korona, tapi tidak Peringatan 75 Tahun Pemboman Tokyo dalam Perang Dunia II.

Hanya sepuluh orang yang hadir dalam acara di aula di Bangsal Sumida — tempat jenasah korban pemboman paling banyak dikumpulkan. Biasanya acara tahunan itu dihadiri sekitar 600 orang, terdiri dari korban selamat dan keluarganya.

Baca Juga:
— Hari Ini 75 Tahun Lalu: 100 Ribu Penduduk Tokyo Terbakar Saat Tidur

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini acara tidak dihadiri Keluarga Kekaisaran. Putra Mahkota Akishino, Putri Mahkota Kiko dan Gubernur Tokyo Yuriko Koke membatalkan kehadiran akibat virus korona.

Acara terpisah, diselenggarakan pemerintah Metropolitan Tokyo dan biasanya berlangsung sore hari, juga dibatalkan.

Koike hanya mengirim pesan belasungkawa, dengan pesan kepada setiap orang untuk merawat perdamaian demi generasi mendatang.

“Kita punya tanggung jawab untuk mencegah ingatan tragis tujuh puluh lima tahun lalu memudar,” kata Masami Higaki, tuan rumah dan panitia acara.

Ia juga meminta kesediaan masyarakat untuk memahami mengapa acara harus dilakukan sedemikian sederhana. Setiap orang, katanya, harus melindungi diri dari virus korona.

Anggota keluaga korban tidak dapat menghadiri kebaktian Buddhis. Mereka menunggu di luar aula, dan masuk setelah acara selesai untuk sekadar berdoa.

Saksi hidup peristiwa yang hadir adalah Kikuko Hata, kini berusia 85 tahun. Ia berada di sekolah dasar saat pembom B-29 AS menghujani tokho dengan 1.605 ton bom napalm.

Sembilan kelurganya, termasuk ibu dan saudara kandungnya, tewas terbakar dalam serangan itu. Ia selamat karena berada di pedesaan selama perang, untuk menghindari pemboman.

Tokyo adalah kota paling banyak mendapat serangan bom selama Perang Dunia II, yaitu 106 kali. Pemboman sekutu paling mematikan terjadi 10 Maret 1945, setlah Iwo Jima jatuh dan kota-kota di Jepang tanpa perlindungan udara.

Seratus ribu orang tewas dalam pemboman diri hari itu. Jauh lebih banyak dari pemboman Dresden, saat sekutu berusaha menghancurkan industri militer Jerman pada Perang Dunia II.

Japan Times menulis sebanyak 300 pembom B-29 terlibat dalam pemboman paling mengerikan itu. Bom menyasar kawasan padat penduduk, dan Tokyo saat itu tidak punya lagi meriam anti-serangan udara.

AS berpikir Jepang akan menyerah setelah pemboman itu. Ternyata tidak. Hari-hari berikutnya B-29 menjatuhkan bom di banyak kota di Jepang.

Jepang belum juga menyerah. Pada 6 dan 9 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang juga belum menyerah.

Pada 14 Agustus 1945, ratusan B-29 membakar Osaka. Keesokan hari, Kaisar Jepang Hirohito mengumumkan penyerahan diri Jepang.

Exit mobile version