“Ada tiga model yang disiapkan, yaitu PJJ secara offline, PJJ online, serta kombinasi keduanya”
JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) tengah menyiapkan pola baru manasik haji. Hal tersebut dilakukan sehingga pembinaan haji berjalan optimal dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru (new normal).
“Pandemi Covid-19 ini belum tahu kapan akan berkahir. Dalam kondisi seperti ini, Kemenag berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan, pembinaan, dan perlindungan kepada jemaah haji,” ujar Kasubdit Bimbingan Jemaah Haji Kemenag Arsyad Hidayat, di Jakarta, Sabtu (26/9/2020).
Arsyad mengatakan, adaptasi kebiasaan baru dari program manasik haji bakaldilakukan dengan pola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
“Ada tiga model yang disiapkan, yaitu PJJ secara offline, PJJ online, serta kombinasi keduanya,” katanya.
Ia menjelaskan, untuk pola PJJ secara offline atau luring (luar jaringan), dimana pemberian manasik haji tidak menggunakan jaringan internet melainkan akan melibatkan media Lembaga Penyiaran Publik (LPP).
“Pembelajaran manasik haji dalam model ini akan dilakukan melalui media televisi atau pun radio. Misalnya, nanti melalui RRI atau TVRI yang merupakan lembaga penyiaran publik,” kata dia.
Sebelumnya, para calon jemaah haji akan diberikan semacam modul yang berisi materi manasik haji untuk dipelajari di rumah. Kemudian, mereka diminta mengikuti siaran pembelajaran manasik melalui radio atau televisi untuk mengisi pertanyaan yang terdapat dalam modul tersebut.
“Kemudian pada hari yang yang ditentukan, hasil pekerjaan rumah jemaah akan diperiksa oleh pembimbing manasik,” kata Arsyad.
Untuk melakukan pola manasik ini, Arsyad menuturkan, Kanwil maupun Kankemenag Kota perlu melakukan kerjasama dengan pihak LPP lokal sehingga memudahkan koordinasi pelaksanaan manasik di tingkat daerah.
Pola manasik kedua yang disiapkan, yakni PJJ secara online atau daring (dalam jaringan). Dalam pola ini mengandalkan komunikasi dan interaksi bimbingan manasik dengan menggunakan teknologi berbasis internet.
“Model manasik ini telah dilakukan dengan menyampaikan materi melalui platform media sosial. Mulai dari Youtube, Twitter, WhatsApp, Telegram, Instagram hingga Zoom,” ujar dia.
Bahkan saat ini juga telah berlangsung berbagai Kulwap (Kuliah WhatsApp) tentang manasik haji. “Metode kulwap ini banyak digunakan paska pandemi Covid-19, sebagai metode belajar yang dianggap mudah diterapkan dan hemat, karena tidak memerlukan paket data yang besar,” kata Arsyad.
Ketiga, Kemenag juga akan menerapkan PJJ kombinasi (blended learning). Dalam pembelajaran ini akan mengintegrasikan pembelajaran tatap muka (offline) dan yang menggunakan sumber belajar online.
Dalam setiap pola yang diterapkan, Arsyad berharap, para pembimbing manasik menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
“Siapkan segala aspek pendukung dan selalu lakukan evaluasi untuk perbaikan selanjutnya. Dan perlu diingat, setiap manasik yang dilakukan tetap harus memperhatikan kondisi daerah setempat dan menerapkan protokol kesehatan,” ujar Arsyad.
“Jangan pernah berhenti berinovasi. Karena inovasi dapat memberikan manfaat, memotivasi, dan menginspirasi,” Arsyad menambahkan.