Site icon Jernih.co

Konflik Bersenjata Thailand-Kamboja: Cara Lama Khmer Merah Menghindari Perpecahan Internal

JERNIH — Kabar terbaru menyebutkan, menurut Bangkok Post, Kamboja melancarkan serangan artileri terus-menerus ke Propinsi Sa Kaeo, Thailand timur. Khmer Times memberitakan militer Thailand menembaki lokasi sipil dan infrastruktur sipil Kamboja di wilayah militer 5 di komuni Ta Sda, distrik Sampov Lun, Propinsi Battambang.

Di Kuala Lumpur, Malaysia, menteri-menteri luar negeri ASEAN menggelar pertemuan khusus untuk membahas situasi terkini Kamboja dan Thailand. Malaysia menjelaskan upaya yang dilakukan PM Anwar Ibrahim untuk mendorong kedua negara menghentikan permusuhan. Kedua negara sepakat menggelar pembicaraan gencatans senjata pada 24 Desember.

Sebagian orang mungkin optimistis kedua negara akan berhenti saling tembak, tapi tidak bagi pemerhati politik Kamboja. Patee Sarasin, pemerhati politik internasional dan CEO Really Cool Airlines, menulis di Bangkok Post bahwa konflik bersenjata Kamboja-Thailand adalah ‘perang Hun Sen’.

Kedua negara tidak sedang berebut wilayah, tapi Hun Sen dan keluarga sedang menempuh cara paling ekstrem untuk menyelamatkan dinasti politiknya dari keruntuhan. Hun Sen, patriark politik dan presiden Senat, menggunakan taktik lama Khmer Merah, yaitu mengenternalisasi masalah internal.

Khmer Merah di bawah Pol Pot pernah melakukannya dengan menyerang Vietnam, ketika partai yang dipimpinnya mulai berantakan di dalam dengan munculnya banyak faksi. Pol Pot berusaha mempersatukan semua faksi dengan menciptakan musuh bersama, yaitu Vietnam. Khmer Merah menyerang Vietnam dengan isu Cochin China milik Kamboja.

Hun Sen adalah kader lokal Khmer Merah. Ia tahu politik macam ini. Namun ia mencoba tidak bernasib buruk seperti Khmer Merah era Pol Pot, yang digilas Vietnam sampai ke perbatasan Thailand. Artinya, perang yang dibuat dengan Thailand akan diupayakan terbatas, seraya tetap menjaga persatuan di antara jenderal-jenderalnya.

Stabilitas, Korupsi

Partai Rakyat Kamboja (PKT), kekuatan politik yang dipimpin Hun Sen, mendominasi Kamboja sejak 1985 sampai saat ini. Ia mengalihkan kursi perdana menteri kepada Hun Manet, putranya, tahun 2022 dan tetap mengontrol politik Kamboja dari kursi presiden Senat.

Menjelang akhir 2025, narasi politik Keluarga Hun Sen mulai berbau busuk. Rakyat Kamboja gelisah, perekonomian merosot, dan kekayaan tak masuk akal Keluarga Hun Sen terungkap pelan-pelan. Hun Sen dan Hun Manet tak bisa mengatasi semua ini. Yang bisa keduanya lakukan adalah mengalihkan perhatian publik.

Laporan investigasi mengaitkan kekayaan Keluarga Hun Sen dengan dunia gelap kasino, pusat penipuan transnasional, dan jaringan pencucian uang global yang membuat dunia menyebut Kamboja sebagai ‘Skamboja’.

Jebakan politik semakin mengencang. Kekebalan yang pernah dinikmati lingkaran dalam Hun Sen sedang menguap. Kroni-kroni kunci Hun Sen menghadapi larangan visa dan pembekuan asset di AS dan Eropa Barat. Bahkan, sejumlah negara Barat menyita hasil kleptokrasi kroni Hun Sen.

Thailand tahu cara menghukum Hun Sen, yaitu dengan menghancurkan pusat kasino dan penipuan internet yang mengalihkan uang. Hun Sen kehilangan mesin uang dalam konflik ini. Ia tahu itu risiko yang harus diambil. Ia masih punya mesin uang lagi di Sihanoukville, yang jaraknya cukup jauh dari perbatasan Thailand-Kamboja.

Hun Sen tampaknya akan bernasib sama dengan Pol Pot, orang yang dikhianatinya. Pidato yang bertele-tele dan panjang tidak lagi menarik perhatian penduduk. Ia sedang mempertaruhkan nyawa wajib militer yang miskin, serdadu dengan persenjataan terbatas, dan penduduk desa perbatasan, untuk melindungi kekayaan keluarganya.

Jika konflik berlanjut, rakyat Kamboja mungkin hanya menunggu ada jenderal yang berani mengkudeta keluarga Hun Sen. Keluarga Kerajaan Kamboja, yang saat ini hidup seperti tahanan politik di dalam istana, mungkin berharap hal serupa. Sebab, Thailand tidak mungkin melakukan tindakan seperti yang dilakukan Vietnam, Desember 1978, untk mengakhiri pemeirntahan Khmer Merah dan mendirikan pemerintahan boneka pimpinan Heng Samrin.

Exit mobile version