Site icon Jernih.co

Korps Alumni HMI Jabar: Sinergi Masyarakat Sipil Tentukan Suksesnya PPKM Darurat

Ilustrasi

KAHMI Jabar juga menegaskan keinginan untuk menggelar komunikasi dengan beberapa pihak, khususnya ormas dan institusi terkait untuk sama-sama berdiskusi guna menggalang kekuatan untuk bersama-sama menghadapi pandemi.

JERNIH– Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat wilayah Jawa dan Bali yang efektif mulai Sabtu (3/7) lalu membutuhkan dukungan dari semua pihak baik pemerintah maupun swasta. Sinergi ini dibutuhkan agar berbagai upaya pengendalian Covid-19 berjalan efektif.

Bila gagal, pandemi Covid-19 ini akan memberikan dampak yang sangat luas bagi kehidupan masyarakat. Demikian  disampaikan Koordinator Presidium Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) Jawa Barat, dr. Asad, THT-KL kepada wartawan, Ahad (4/7), menanggapi pelaksanaan PPKM Darurat, 3 hingga 20 Juli 2021 untuk wilayah Jawa dan Bali.

“PPKM Darurat akan berjalan sukses bila didukung kalangan masyarakat, khususnya komunitas-komunitas, organisasi masyarakat, perguruan tinggi, sekolah, institusi dan semua pihak untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh pemerintah,” kata Asad. Ia menambahkan, strategi pengendalian Covid-19 bisa dilakukan utamanya bagaimana orang sehat terlindungi, tidak tertular dari mereka yang sakit (terlindungi dan diisolasi). “Orang Tanpa Gejala (OTG) diketahui dan dilindungi agar tidak menularkan kepada pihak lain.”

Asad mengingatkan, pelaksanaan PPKM akan berdampak pada perputaran ekonomi khususnya untuk masyarakat ekonomi lemah. Orang-orang yang kehidupannya ditentukan oleh kebutuhan sehari-hari seperti buruh harian dipastikan akan terganggu. Karena itu, KAHMI Jabar menghimbau agar orang-orang yang berkecukupan bisa mengulurkan tangan, membantu mereka yang kekurangan.

“Tentunya aparat pemerintah di tingkat paling rendah misalnya RT/RW punya peran sangat penting, kemudian tokoh masyarakat, tokoh-tokoh formal bisa berkolaborasi dan berkoordinasi untuk saling membantu,” kata dia.

Asad mengusulkan, ada baiknya di setiap RW memiliki satgas dari unsur masyarakat yang bisa membantu. Salah satunya dengan membantu pemberian makanan pada masyarakat yang menjalani isolasi mandiri atau mengadakan ruang isolasi mandiri di lingkungan RW atau di ruangan tertentu. “Bisa dipakai ruangan yang tak terpakai, untuk dipinjam dulu guna saling membantu,” kata Asad.

Menurut Asad, saat ini  hampir setiap rumah sakit memiliki pasien COVID-19 yang tengah menunggu (waiting list) untuk bisa masuk ke perawatan isolasi. Terkait penuhnya ruang isolasi di banyak rumah sakit ini, KAHMI Jabar mengajak berbagai komponen masyarakat sipil untuk membantu menyediakan gedung dan mengerahkan sumberdaya, membuat ruang isolasi yang dikelola oleh tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan surveilans-nya untuk melakukan breaking, testing dan treatment.

“Para relawan ini sangat diperlukan, mungkin para mahasiswa kesehatan, kedokteran, keperawatan dan analisi bisa direkrut oleh swasta, ormas-ormas tertentu seperti Muhammadiyah, NU, Persis, PUI, Matla’ul Anwar, DMI dan kampus berkolaborasi membuat sarana-sarana pendukung ruang isolasi, sarana pemeriksaan rapid test, PCR dan penyediaan tabung oksigen,” ujar Asad,  yang juga direktur utama RS Permata Cirebon tersebut.

KAHMI Jabar juga mengusulkan agar tiap RW memiliki tim relawan untuk pemulasaraan jenazah yang meninggal karena COVID-19. “Perlu ada pelatihan, ada relawan yang dilatih sehingga ketika ada warga yang meninggal karena covid-19 tidak sulit mencari orang untuk membantu pemulasaraan jenazah,” kata dia.

KAHMI Jabar juga menegaskan keinginan untuk menggelar mengadakan komunikasi dengan beberapa pihak, khususnya ormas dan institusi terkait untuk sama-sama berdiskusi guna menggalang kekuatan untuk bersama-sama menghadapi pandemi. [rilis]

Exit mobile version