Site icon Jernih.co

Macron: Dunia Butuh Vaksin Rusia dan Cina untuk Melawan Covid-19

JERNIH — Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dunia membutuhkan vaksin yang dikembangkan Rusia dan Cina untuk melawan virus korona penyebab Covid-19 yang terus bermutasi.

“Kita harus bekerja dengan Rusia dan Cina agar vaksin yang dikembangkan dua negara itu cocok dengan upaya multilateral melawan pandemi,” kata Macron seperti dikutip Le Journal du Dimanche.

Pernyataan ini cukup mengejutkan, karena selama ini Barat meremehkan Sputnik V, vaksin buatan Rusia, dan dua vaksin yang dikembangkan Cina. Selama ini negara-negara Barat cenderung percaya vaksin buatan mereka; Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Moderna, lebih ampu melawan virus korona.

Menurut Macron, ada dua hal yang harus dipertimbangkan Barat untuk menggunakan vaksin Rusia dan Cina. Pertama, vaksin kedua negara baru saja menjadi subyek sertifikasi WHO.

Kedua, ACT-Accelator WHO yang diluncurkan April 2020 lalu memastikan akses ke alat yang diperlukan tersedia secara global dan setara. Salah satu bagian mendasar program ini adalah COVAX, atau mekanisme berbagi vaksin dengan negara miskin.

Peserta ACT-Accelator, termasuk Macron, mengatakan pertemuan online Jumat lalu untuk membahas perkembangannya.

Macron mengatakan upaya kolektif global diperlukan untuk mengendalikan virus korona, yang terbukti terus bermutasi cepat dan menghasilkan strain baru lebih berbahaya. Macron yakin mutasi terus-menerus membuat perang malawan Covid-19 menjadi perang dunia.

Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin menggandeng Kanselir Jerman Angela Merkel untuk produksi vaksin Sputnik V. Rusia tidak memiliki fasilitas yang cukup untuk memproduksi vaksin dan memenuhi permintaan banyak negara.

Kerjasama ini membuat Sputnik V diterima negara-negara Barat. Terlebih, The Lancet — jurnal medis paling bergengsi — mempublikasikan hasil uji klinis tahap ketiga yang memperlihatkan Sputnik V memiliki kemanjuran sampai 92 persen.

Macron juga memuji Presiden AS Joe Biden yang membatalkan keputusan Donald Trump mundur dari WHO. Trump menolak peluncuran ACT-Anccelator sebagai isyarat penghinaan terhadap Badan Kesehatan Dunia itu.

Exit mobile version