- Larangan itu terdapat dalam buku pegangan, atau Handbook On Combating Gender Stereotypes.
- Penggunaan bahasa yang mempromosikan stereotipe gender dapat merusak martabat individu.
JERNIH — Mahkamah Agung (MA) India menghapus kata selir, pelacur, istri simpanan, dan nyonya, dalam putusan pengadilan.
Kata-kata itu hanya sebagian dari 40 kata yang tidak boleh digunakan karena dianggap mengandung bias gender. Khusus kata pelacur, Bahasa Inggris punya beberapa kata, yaitu; prostitute, slut, hooker, dan whore, yang semuanya tidak boleh digunakan.
Kata dalam bahasa Inggris yang juga tidak boleh digunalan adalah ladylike. Arti harfiahnya, jika kita menggunakan Google Translate, ladylike adalah sopan. Namun, kata ini digunakan untuk mendeskripsikan perilaku atau karakteristik netral gender.
Larangan itu terdapat dalam buku pegangan, atau Handbook On Combating Gender Stereotypes, yang baru saja diluncurkan.
“Kata-kata ini tidak pantas lagi digunakan,” kata ketua MA India DY Chandrachud seperti dikutip situs NDTV. “Di masa lalu, kata-kata ini digunakan dalam putusan pengadilan.”
Menurutnya, buku pegangan terbaru ini diluncurkan tidak untuk mengkritik atau meragukan putusan. Namun, katanya, stereotipes gender selama ini diabadikan secara tidak sengaja.
Ia juga menjelaskan bagaimana stereotipes dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yudisial. “Seorang hakim juga bisa secara tidak sadar memegang atau mengandalkan stereotipes,” kata Chandrachud.
Jika seorang hakim, lanjutnya, mengandalkan asumsi saat memutuskan kasus atau menulis putusan, kerugian yang disebabkan bisa sangat besar.
“Bahkan ketika hakim mengambil keputusan benar, penggunaan bahasa yang mempromosikan stereotipe gender dapat merusak martabat individu di hadapan pengadilan,” kata Chandrachud.
Penggunaan kata stereotip gender juga memiliki efek mengakar dan melanggengkan stereotipe, menciptakan lingkaran setan ketidak-adilan.