- Data militer Israel menyebutkan 9.000 militan Hamas berhasil dibunuh tentara Yahudi sejak awal perang.
- Kesaksian perwira, prajurit, dan anggota keamanan Israel, menyebutkan mayoritas korban adalah warga sipil tak bersenjata.
JERNIH — Haaretz, media terkemuka di Israel, memberitakan tentara Yahudi yang beroperasi di Jalur Gaza seenak udel menembak penduduk sipil tak bersenjata meski tak menimbulkan ancaman, yang menyebabkan jumlah korban terus meningkat dan dunia menyebutnya genosida.
Data militer Israel menyebutkan 9.000 teroris, sebutan untuk Hamas dan sayap militernya, berhasil dibunuh tentara Yahudi sejak awal perang. Namun kesaksian perwira, prajurit, dan anggota keamanan Israel, menyebutkan mayoritas korban adalah warga sipil tak bersenjata dan bukan ancaman.
Israel, menurut Haaretz, tidak pernah punya data pasti berapa personel militer Hamas — terutama anggota Brigade al-Qassam — yang mereka bunuh. Bahkan surat kabar itu memberitakan prajurit Israel kerap beralasan pembunuhan terhadap warga sipil untuk menghilangan penyabotase.
Seorang perwira cadangan mengatakan Israel tampaknya memperluas definisi teroris, mencakup semua orang dibunuh tentara Israel di zona pertempuran. Haaretz juga menyoroti sikap pemerintah Israel, mulai dari pejabat tinggi sampai prajurit rendahan, yang menolak mengakui bahwa banyak penduduk Gaza bukan anggota Hamas.
Haaretz juga menyoroti fakta bahwa setengah korban genosida itu adalan anak-anak dan wanita.
Surat kabar itu juga menyoroti serangan berulang kali terhadap warga sipil Gaza yang menunggu bantuan, yang dianggap oleh petinggi militer sebagai strategi disengaja untuk memperburuk kelaparan.
Investigasi yang diterbitkan akhir November 2023 oleh +972 Magazine dan Local Call mengungkapkan kematian setiap warga Gaza sepenuhnya disengaja karena kampanye genosida Israel di Jalur Gaza menyebabkan perluasan otorisasi untuk mengembom sasaran non-militer.
Akibat berikut adalah melonggarnya hak asasi manusia (HAM), pembatasan korban sipil, dan penggunaan sistem kecerdasan buatan Habsora (Injil), untuk menghasilkan lebih banyak target potensial dibanding sebelumnya.
Pendekatan ini berkontribusi pada salah satu kempanye militer paling mematikan terhadap warga Palestina sejak 1948, demikian bunyi laporan itu.
Israel menargetkan bangunan tempat tinggal, infrastruktur publik, dan blok bangunan tinggi, untuk memberi tekanan pada masyaraka sipil Palestina, menciptakan guncangan terhadap perlawanan Palestina. Cara ini sukses digunakan AS memaksa Jepang menyerah dengan menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Penggunaan Habsora memungkinkan penetapan target dengan cepat, sehingga berkontribusi pada besarnya serangan rumah-rumah penduduk, dan kerumunan warga sipil.