Site icon Jernih.co

Mengapa Masih Ada Hasil Test Covid-19 yang Salah?

Ilustrasi test Covid-19

JERNIH – Miliarder Elon Musk menjadi berita utama ketika dia berbicara tentang ‘ketidakakuratan’ pengujian Covid-19 setelah menerima hasil tes 2 positif dan 2 negatif pada hari yang sama. Dapatkah seseorang didiagnosis salah atau mengalami positif palsu?

Ada juga laporan tak berujung tentang orang yang salah didiagnosis terinfeksi virus corona, bahkan saat melakukan tes ‘standar emas’. Baru-baru ini, kesalahan laboratorium pengujian yang berbasis di Inggris menyebabkan lebih dari 1.000 orang menerima hasil yang salah dalam satu hari.

Celah seperti ini juga membuat banyak orang mempertanyakan standar pengujian Covid-19. Pertanyaan yang banyak muncul, bagaimana seseorang bisa mendapatkan hasil positif palsu, bahkan ketika mereka tidak benar-benar terinfeksi?

Positif palsu untuk Covid-19 berarti seseorang yang mendapat diagnosis positif, meskipun tidak memiliki infeksi aktif atau seseorang yang menunjukkan antibodi aktif tanpa jejak infeksi. Meskipun tidak ada tes diagnostik yang 100% akurat, kemungkinan diagnosis yang salah dapat memengaruhi presedensi suatu penyakit. Saat ini, ada serangkaian tes yang tersedia untuk Covid-19.

Peluang mendapatkan hasil positif palsu lebih tinggi dengan tes antigen dan antibodi iG. Namun, bahkan tes RT-PCR, yang dianggap sebagai ‘standar emas’ untuk pengujian, rentan terhadap tingkat kegagalan dan diagnosis yang salah.

Ada beberapa alasan mengapa positif palsu dengan Covid-19 dapat terjadi, seperti dikutip dari TimesofIndia, kemarin.

1. Laboratorium berbeda dapat memberikan hasil yang berbeda

Pengujian Covid-19 dilakukan di seluruh laboratorium, di seluruh dunia. Namun, tes Covid-19 membutuhkan lebih banyak ketelitian dan kepekaan untuk menangani daripada tes diagnostik lainnya, yang berarti bahwa laboratorium yang berbeda dapat menggunakan alat yang berbeda untuk menilai viral load.

Penyalahgunaan bahan kimia, kegagalan diagnostik juga bisa disalahkan. Ini lebih sering terjadi pada tes antigen, yang membagikan hasil lebih cepat tetapi memiliki peluang lebih tinggi untuk memberikan hasil yang tidak akurat.

2. Kesalahan manusia

Pandemi adalah waktu yang sensitif, dan masih ada margin kesalahan yang besar. Pengujian Covid dilakukan dalam jumlah besar, dan itu meninggalkan celah besar untuk kesalahan manusia, atau rasa puas diri untuk mencampurkan hasil. Ini adalah salah satu alasan mengapa banyak orang menerima diagnosis yang salah. Namun, kita harus ingat bahwa ini jarang terjadi, dan tidak selalu menjadi alasannya.

3. Tes dapat mendeteksi ‘puing-puing’ virus

Banyak orang yang telah pulih dari Covid-19 terus dinyatakan positif terkena virus. Meski kedengarannya aneh, tes dapat mendeteksi jejak positif bahkan berminggu-minggu setelah periode penularan berakhir, atau gejalanya hilang. Ini adalah salah satu penyebab terbesar mengapa tes RT-PCR tunduk pada positif palsu.

Karena tes ini sangat sensitif dan bekerja dengan memperkuat kode genetik bahkan dari fragmen virus terkecil, reaksi berantai terbalik yang digunakan dalam proses pengujian juga dapat mengambil puing-puing virus, atau bagian ‘mati’ dari virus yang dapat tertinggal di tubuh dan memberikan hasil yang positif.

4. Waktu saat menjalani test

Sekali lagi, meskipun tidak ada waktu yang ‘tepat’ untuk melakukan pengujian, namun test Covid-19 juga dapat memberikan hasil yang salah, tergantung pada waktu Anda menyelesaikan tes. Kemungkinan mendapatkan negatif palsu lebih tinggi daripada positif palsu, tetapi tetap saja, waktu adalah faktor kunci yang berperan.

5. Positif palsu atau negatif palsu, mana yang gawat?

Positif palsu dan negatif palsu dapat terjadi dengan tes apa pun. Namun, mengingat pandemi yang kita hadapi, hasil negatif palsu membawa dampak yang lebih buruk, karena menempatkan orang yang akan terinfeksi virus pada risiko orang-orang di sekitar mereka terpapar.

Pada saat yang sama, para ahli juga menunjukkan bahwa bahkan positif palsu dapat menghalangi peran strategi pencegahan, membuat orang mengaburkan penilaian atas tingkat akurasi, dan dalam beberapa kasus, juga menyebabkan penurunan mental yang tidak semestinya, setelah menerima diagnosis.[*]

Exit mobile version