Hari Puspa dan Satwa Nasional adalah pengingat bahwa negeri ini memiliki permata khatulistiwa khas yang kuantitas dan kualitasnya kian menurun. Konservasi adalah kata kunci aksi dari refleksi, kendati tak hanya untuk satwa dan puspa yang dilindungi.
JERNIH – Setiap tanggal 5 November, Indonesia merayakan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN). Peringatan ini merupakan momentum penting untuk meningkatkan kepedulian, perlindungan, dan pelestarian keanekaragaman hayati yang tiada tara di Tanah Air. Dengan kekayaan flora dan fauna yang mendunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga puspa (tumbuhan) dan satwa (hewan) khasnya dari ancaman kepunahan.
Mari kita kenang kekayaan bangsa ini dengan menyoroti 5 Puspa dan 5 Satwa khas Indonesia, lengkap dengan alasan penetapannya serta kondisi populasinya saat ini.
5 Puspa Khas Indonesia
Pemerintah Indonesia telah menetapkan tiga bunga nasional, namun ada banyak lagi puspa lain yang tak kalah penting untuk dilestarikan. Berikut adalah lima puspa pilihan dan statusnya:
1. Melati Putih (Jasminum sambac)

Melati dikenal sebagai Puspa Bangsa karena melambangkan kesucian, kebersihan, dan keanggunan bangsa. Bunga ini akrab dalam upacara adat dan mudah ditemukan di berbagai daerah. Status populasinya relatif aman dan mudah dibudidayakan. Bunga kecil berwarna putih bersih ini akrab dalam upacara adat, pernikahan, dan ritual keagamaan di berbagai daerah di Indonesia. Aromanya yang khas dan menenangkan membuatnya sering digunakan sebagai bahan parfum atau pengharum ruangan alami.
2. Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
Bunga ini dijuluki Puspa Pesona karena melambangkan keanggunan, kelembutan, dan pesona alam Indonesia. Sebagai bunga yang indah dan mekar tahan lama, Anggrek Bulan umum ditemukan, namun varietas alaminya memerlukan perlindungan dari perusakan habitat. Anggrek Bulan sering ditemukan tumbuh secara epifit (menempel pada pohon lain) di hutan tropis. Meskipun umum dibudidayakan, varietas alaminya memerlukan perlindungan dari perusakan habitat untuk menjaga keanekaragaman genetiknya.
3. Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii)
Dikenal sebagai Puspa Langka, ia adalah bunga tunggal terbesar di dunia dan endemik Indonesia. Keberadaannya melambangkan keunikan dan kekhasan flora yang langka. Sayangnya, statusnya saat ini adalah Terancam Punah/Kritis (Critically Endangered). Populasinya sangat sedikit, memiliki siklus hidup yang sulit, dan habitatnya terancam. ia adalah bunga tunggal terbesar di dunia dengan diameter bisa mencapai 1 meter dan berat hingga 10 kg, endemik di hutan Sumatera. Keberadaannya melambangkan keunikan dan kekhasan flora yang langka. Bunga ini unik karena tidak memiliki batang, daun, maupun akar, dan merupakan tumbuhan parasit. Saat mekar, ia mengeluarkan bau busuk yang menyengat untuk menarik serangga penyerbuk.
4. Bunga Kantung Semar (Nepenthes spp.)
Tumbuhan endemik unik ini adalah tumbuhan karnivora, menunjukkan adaptasi ekosistem yang luar biasa di Indonesia. Beberapa spesies Kantung Semar masuk kategori Rentan hingga Kritis akibat perdagangan ilegal dan kehilangan habitat. Ada lebih dari 140 spesies Kantung Semar di dunia, dan sekitar 60 di antaranya ditemukan di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatera. Keunikan adaptasinya menunjukkan keanekaragaman ekosistem yang luar biasa di Indonesia.
5. Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)
Anggrek endemik Kalimantan ini sangat eksotis dengan ciri khas lidah (labellum) berwarna hitam dihiasi urat hijau terang, kontras dengan kelopak bunga berwarna hijau kekuningan. Aromanya yang harum membuatnya sangat diminati kolektor.Statusnya adalah Terancam Punah karena populasinya menurun drastis akibat perusakan hutan dan perburuan liar. Penemuan anggrek ini di alam liar kini sangat sulit.
5 Satwa Khas Indonesia
Satwa-satwa ini dipilih karena memiliki ciri khas unik, mewakili keanekaragaman satwa darat, air, dan udara, serta merupakan kekayaan endemik yang tak ditemukan di tempat lain. Berikut adalah lima satwa ikonik dan status konservasinya:
1. Komodo (Varanus komodoensis)
Komodo merupakan Satwa Nasional (Satwa Darat), kadal terbesar di dunia, dan hewan purba yang masih hidup, endemik di NTT. Panjangnya bisa mencapai 3 meter dan berat 90 kg. Hewan purba ini endemik di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di NTT. Liur Komodo mengandung bakteri mematikan yang membantu melumpuhkan mangsanya. Satwa ini menjadi ikon konservasi global. Statusnya saat ini adalah Terancam Punah (Endangered) (IUCN Red List). Populasinya terbatas (sekitar 2.700 ekor), dan sangat terancam oleh perubahan iklim.
2. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Subspesies harimau terkecil ini hanya ada di Sumatera dan merupakan simbol kegagahan alam Indonesia. Statusnya sangat Kritis (Critically Endangered). Diperkirakan populasinya kurang dari 400 ekor di alam liar, terancam oleh perburuan dan fragmentasi habitat. Subspesies harimau terkecil ini memiliki ciri khas loreng hitam yang rapat dan gelap, serta rambut di pipi yang lebih panjang pada jantan.
3. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Badak Jawa adalah badak bercula satu yang hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon. Badak Jawa adalah salah satu mamalia darat terbesar dan paling langka di dunia. Status konservasinya adalah Kritis (Critically Endangered). Populasi sangat kecil, hanya sekitar 76-77 individu (data 2023), menjadikannya sangat rentan terhadap penyakit dan bencana alam.
4. Orangutan Kalimantan/Sumatera (Pongo pygmaeus/abelii)
Primata besar yang cerdas ini hanya ditemukan di Indonesia dan sebagian kecil Malaysia. Cirinya lengan panjang dan rambut kemerahan. Sayangnya, semua spesies Orangutan (Sumatera, Tapanuli, Kalimantan) berstatus Kritis (Critically Endangered). Populasinya terus menurun akibat kebakaran hutan dan alih fungsi lahan. Orangutan memiliki gaya hidup arboreal (hidup di pohon) dan berperan penting dalam penyebaran benih di hutan.
5. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
Jalak Bali adalah burung pengicau endemik Bali yang sangat cantik. Dikenal dengan bulu putih bersih dan garis biru cerah di sekitar matanya. Burung ini memiliki jambul indah dan hanya ditemukan di bagian barat Pulau BalStatusnya adalah Kritis (Critically Endangered). Populasi di alam liar sangat sedikit dan merupakan salah satu burung paling langka di dunia, meskipun upaya penangkaran intensif terus dilakukan.
Panggilan Konservasi
Perayaan Hari Puspa dan Satwa Nasional adalah pengingat bahwa kekayaan alam ini adalah warisan yang harus kita jaga. Mayoritas puspa dan satwa khas yang disebutkan di atas, seperti Rafflesia, Komodo, Harimau Sumatera, Badak Jawa, dan Orangutan, berada dalam status Terancam Punah (Endangered) atau bahkan Kritis (Critically Endangered).
Ancaman utama bagi kelestarian mereka meliputi perusakan habitat berupa alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan, pertambangan, dan permukiman. Terjadinya perburuan dan perdagangan liar yang merupakan praktik ilegal untuk mendapatkan bagian tubuh satwa atau tanaman hias.
Juga akibat perubahan iklim seperti naiknya permukaan air laut yang mengancam habitat komodo.(*)
BACA JUGA: Wahabi Lingkungan: Program Presiden Putin Selamatkan Harimau Siberia dari Kepunahan