- Lewat adzan, Muslim ingin menunjukan kedekatan kepada masyarakat Italia lewat panggilan shalat.
- Iman-imam masjid di seluruh Italia menggunakan teknologi untuk menjangkau semua jamaah.
- Muslim Italia mendukung lockdown, karena Allah meminta manusia melindungi kehidupan.
Roma — Yahya Pallavicini, imam Masjid Al Wahid di Milan, mencaari perangkat teknologi digital baru yang mampu menjangkau sebanyak mungkin jamaah, dan mengajaknya melanjutkan semua tradisi.
Izzedin Elzir, imam di Florence dan mantan ketua Persatuan Komunitas dan Organisasi Islam di Italia, menggunakan Facebook untuk menyampaikan khotbah shalat Jumat selama Ramadhan
Di kota-kota lain di Italia, imam masjid melakukan hal serupa. Muslim di Italia juga mencari cara memelihara tradisi ibadah selama Ramadhan, meski tidak lagi berkumpul bersama.
Italia adalah rumah bagi tiga juta Muslim, atau lima persen dari populasi. Mereka tersebar di hampir semua kota, dan beribadah di 1.100 masjid.
Wabah virus korona memaksa mengunci diri, menerapkan pedoman jarak sosial dan fisik, yang memaksa penutupan seluruh tempat ibadah. Tidak ada lagi misa di gereja-gereja. Tidak ada shalat jamaah lima waktu dan shalat Jumat di masjid-masjid di sekujur Italia.
Situasi akan tetap seperti itu, setidaknya sampai 4 Mei, atau ketika lockdown diperlonggar.
Ramadhan di Italia tahun-tahun sebelumnya adalah kemeriahan di setiap masjid sepanjang malam. Setelah Tarawih, tidak seluruh Muslim pulang ke rumah. Beberapa mengikuti sesi pengajian. Ada yang membaca Alquran secara bergiliran sampai menjelang sahur.
“Kini, kami dipaksa tinggal di rumah,” kata Elzir kepada Arab News. “Tapi tinggal di rumah bukan tidak melakukan apa-apa. Ini saat tepat merenung kembali kehidupan kita, hubungan kita dengan Sang Pencipta, dan tetangga.”
Amar Abdallah, imam di Naples, menggunakan Internet dan media sosial untuk berkomunikasi dengan Muslim di kotanya. “Saya mengingatkan semua untuk tidak melanggar penguncian,” kata Abdallah.
Menurut Abdallah, Ramadhan di Italia saat ini memang tidak biasa. Tidak hanya di Italia, tapi juga di seluruh dunia.
“Kita akan mematuhi semua aturan demi kebaikan bersama,” kata Abdallah.
Elzir, yang lahir di Palestina, mengatakan komunitas Muslim di Italia sangat mendukung penutupan dan semua langkah rasional untuk menghentikan penyebaran virus.
“Kami mengundang semua orang untuk mencuci tangan lebih dari biasanya, untuk mematuhi peraturan kesehatan,,” kata Elzir.
Mengenai kebijakan penutupan masjid dan larangan shalat berjamaah, Elzir mengatakan; “Allah meminta manusia menghormati-Nya, tapi Allah juga meminta manusia melindungi kehidupan.”
Selama penutupan, tidak ada suara adzan dari masjid. Di rumah-rumah adzan tetap berkumandang dari gadget di setiap waktu shalat.
Khusus Ramadhan, Asosiasi Nasional Muslim Italia (ANMI) meminta Muslim adzan di balkon rumah mereka, untuk mengingatkan saat berbuka dan shalat Maghrib.
“Kami ingin menunjukan kedekatan kita kepada orang-orang Italia dengan isyarat doa dan permintaan bantuan kepada Allah,” demikian pernyataan resmi ANMI.