- Mereka tak berpenghasilan sejak Barcelona lockdown, tapi tahu cara membantu sesama.
- Mereka menyediakan transportasi gratis bagi staf medis.
- Mengubah Pusat Budaya Islam Catalan menjadi penyuplai masker dan jubah staf medis, serta mendistribusikan makanan ke tunawisma.
Barcelona — Sheraz Syed kini tidak lagi bisa memeluk tiga anak dan istri tercinta sepulang dari kerja. Sebagai sopir taksi, Syed menjadi sosok paling berisiko tertular dan menularkan virus korona.
Risiko yang dihadapi Syed menjadi sangat luar biasa, karena dia dan 195 rekannya kini terlibat dalam layanan transportasi gratis untuk pekerja medis Barcelona. Ia, bersama rekan-rekannya, bahu-membahu menjemput staf medis dari rumah dan membawanya pulang pada malam hari.
Syed bukan penggagas kerja sosial luar biasa ini, tapi bagian dari enam orang yang memelopori pekerjaan ini. Penggagasnya adalah Shahbaz Ahmed.
Gagasan muncul saat pemerintah Catalan mengunci Barcelona untuk mencegah penularan virus korona. Saat itu Ahmed dan lima rekannya membahas apa yang dapat mereka lakukan untuk membantu.
Ahmed melihat staf media selalu pulang tengah malam, dan kesulitan mendapatkan taksi. Tidak ada layanan antar-jemput, karena semua mobil di setiap rumah sakit digunakan untuk menjemput pasien setiap saat.
Ahmed dan Syed sepakat memberi tumpangan gratis kepada staf medis yang pulang malam hari dari rumah sakti. Gagasan itu disampaikan ke rekan lain dan 195 orang ikutan.
Belakangan layanan yang mereka berikan tidak sekadar untuk pulang tengah malam, tapi menjemput staf medis di rumah.
“Staf medis bekerja terlalu lama, dan mereka pergi dan pulang menggunakan transportasi umum,” kata Asim Gondal, salah satu relawan.
“Mereka bekerja di garis depan untuk kemanusiaan,” lanjut Gondal. “Kami memberi yang kami bisa, yaitu melayani transportasi mereka.”
Gondal dan keluarga berasal dari Pakistan. Ia telah tinggal di Barcelona selama 20 tahun, dan telah menjadikan Spanyol sebagai rumah kedua bagi keluarganya.
Syed, Gondal, dan Ahmed adalah tiga dari 43 ribu Muslim Paksitan di Barcelona. Kantor Statistik Spanyol menyebutan saat ini terdapat 89 ribu Muslim Pakistan di sekujur Spanyol.
Pengemudi mengikuti langkah pencegahan. Mereka mengenakan masker, sarung tangan, dan menyediakan gel disinfektan.
Tidak satu pun di kelompok layanan transportasi gratis memiliki virus, tapi dalam kasus sebelumnya lima sopir taksi asal Pakistan terjangkit. Beruntung, mereka dikabarkan pulih.
“Sangat menakutkan ketika teman kerja kita terjangkit,” kata Syed. “Sebab ada teman yang makan di rumah saya.”
Wilayah Metropolitan Barcelona membatasi lalu-lintas taksi sampai 20 persen setiap hari. Setiap pengemudi hanya diijinkan beroperasi sekali dalam sepekan.
Namun kelompok layanan transportasi gratis staf medis boleh beroperasi setiap hari. Setiap pengemudi punya nomor telepon staf medis yang harus mereka layani, lengkap dengan waktu keberangkatan dari rumah dan pulang dari rumah sakit.
“Mereka bekerja sama dengan rumah sakit, untuk tahu jadwal kepulangan staf medis,” kata Gondal.
Spanyol menghadapi kemerosotan ekonomi sangat parah akibat wabah. Banyak orang kehilangan pekerjaan, dan tabungan terus menipis.
Syed mengatakan tidak ada bantuan ekonomi untuk pekerja migran. “Saat ini yang masih mendapat penghasilan hanya pekerja mandiri,” kata Syed. “Mereka yang bekerja di perusahaan, telah kehilangan penghasilan.”
Akibatnya, sopir taksi juga tidak bisa membeli selembar penyekat yang memisahkan sopir dan penumpang. Jadi, tidak ada perlindungan pribadi dan penumpang.
Mereka bekerja dengan semua keterbatasan, tapi mereka tak mengeluh. Semangat mereka menular ke sekujur komunitas Muslim Pakistan di Barcelona.
Pusat Budaya Islam Catalan di Barcelona, misalnya, kini berubah menjadi penyuplai masker dan jubah staf medis. Pemilik toko bahan makanan mengubah gudang menjadi ruang untuk mengatur distribusi makanan kepada tunawisma dan keluarga miskin.
Muslim Pakistan melawan virus korona dengan semangat kemanusiaan.