- Mereka lari dalam cuaca buruk, ketika tidak satu pun kapal berani belayar.
- Tidak ada yang tahu mereka lari pakai perahu atau kapal kayu milik siapa.
JERNIH — Sebanyak 40 nelayan migran asal Indonesia, Kamis 3 November, melakukan pelarian paling hebat dalam sejarah Taiwan.
Taiwan News memberitakan sebagian besar dari 40 nelayan migran asal Indonesia tiba di Penghu, gugusan pulau-pulaun kecil 50 kilometer dari Pulau Taiwan, bulan lalu. Mereka bekerja di kapal-kapal nelayan yang dan telah menerima gaji bulan pertama.
Liberty Times melaporkan mereka masing-masing menerima 150 ribu NT, atau Rp 73,1 juta. Beberapa dari mereka mendapatkan lebih dengan cara meminjam uang dari orang lain, yang jumlahnya tidak diketahui.
Cuaca buruk di perairan Kepulauan Penghu memaksa kapal-kapal nelayan kembali ke pelabuhan. Berbeda dengan nelayan dari negara lain, nelayan migran asal Indonesia tidak tunduk pada panggilan masuk malam hari. Sehingga, mereka diberi banyak kebebasan bergerak.
Kapal-kapal yang mempekerjakan mereka tidak tahu mereka telah hilang entah ke mana. Setelah otoritas pelabuhan Xiyu, Baisha, dan Magong, mengeluarkan ijin kapal-kapal itu melaut, terjadi kepanikan ketika tak satu pun dari 40 nelayan migran asal Indonesia ditemukan.
Tidak ada yang tahu mereka pergi dengan kapal atau perahu apa, dan bagaimana mereka berlayar di tengah cuaca buruk. Petugas penjaga pantai mengatakan tidak melihat ada kapal atau perahu meninggalkan pelabuhan saat cuaca buruk mengamuk.
Pemilik kapal nelayan, yang juga majikan mereka, memperkirakan 40 nelayah migran asal Indonesia itu melakukan perjalanan ke Pulau Taiwan untuk mendapat kesempatan kerja lebih baik. Saat ini, industri Taiwan membutuhkan banyak tenaga kerja.
Kepaulauan Penghu adalah pemasok ikan ke Pulau Taiwan. Industri perikanan laut di sini sangat tergantung pada pekerja migran, karena penduduk lokal pergi meninggalkan kampung halaman mereka.
Penduduk Kepulauan Penghu rata-rata berusia lanjut, yang tidak mungkin lagi melaut. Anak-anak mereka tidak ingin melanjutkan kerja dan usaha perikanan yang diwariskan.
Indonesia adalah satu dari sekian negara yang mengimpor nelayan migran. Namun, arus masuk nelayan Indonesia dihentikan selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.
Kini, industri perikanan laut Penghu bergerak lagi dan butuh banyak tenaga kerja. Saat ini saja terdapat 2.000 nelayan migran dari berbagai negara di Penghu.