Jakarta – Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan hampir lima bulan ini ikut menggerogoti ketahanan pangan sejumlah negara. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengidentifikasi 27 negara terancam mengalami krisis pangan karena pandemi Covid-19.
Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu menjelaskan banyak negara sudah bergulat dengan tingkat kerawanan pangan yang tinggi dan kelaparan akut sebelum pandemi melanda. Selain itu, tekanan pada ketahanan pangan juga didorong krisis ekonomi, ketidakstabilan dan ketidakamanan, iklim ekstrem, serta hama dan penyakit hewan.
“Kini mereka berada di garis depan yang menanggung beban gangguan pandemi Covid-19 pada sistem pangan yang memicu krisis kelaparan dan kesehatan,” ujar Qu, dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/7/2020).
Analisis terbaru FAO dan Program Pangan Dunia atau WFP menunjukkan bahwa pandemi memperparah situasi pangan di negara-negara yang sebelumnya rentan terhadap krisis dan kelaparan. FAO dan WFP menyatakan tak ada yang kebal terhadap krisis pangan.
Untuk benua Asia, kelaparan mengancam negara-negara seperti Afghanistan dan Bangladesh, sementara di Amerika Tengah yakni Haiti, Venezuela, Guatemala, Honduras, El Salvador, Nicaragua, Peru, Ekuador, dan Kolombia.
Sementara di Timur Tengah, risiko krisis pangan juga melanda Irak, Lebanon, Sudan, Yaman dan Suriah. Di Afrika ada pula Burkina Faso, Kamerun, Liberia, Mali, Niger, Nigeria, Mozambik, Sierra Leone, Zimbabwe, Kongo, Republik Afrika Tengah.
FAO dan WFP mencatat empat faktor utama bagaimana pandemi virus corona dapat mendisrupsi krisis pangan lebih dalam. Pertama, lapangan kerja dan upah yang menurun. Kedua, disrupsi penanganan pandemi pada produksi dan pasokan pangan dunia. Ketiga, menurunnya pendapatan pemerintah, dan keempat, meningkatnya ketidakstabilan politik yang memicu konflik berbasis sengketa sumber daya alam.
Produksi pangan di masa pandemi muncul sebagai tantangan serius. Petani yang disurvei melaporkan banyak tantangan dalam mengakses benih, sehingga mengurangi penanaman. Di Haiti, 90 persen petani memperkirakan penurunan signifikan pada produksi sereal. Di Kolombia, lebih dari separuh peternak mengalami kesulitan akses pakan, sementara di Sudan Selatan, dua pertiga responden mengatakan bahwa mereka berjuang untuk mengakses bantuan kesehatan hewan.
Dinamika ini kemungkinan akan mengarah ke lingkaran setan penurunan produksi yang memicu kekurangan kesempatan kerja pertanian dan meningkatnya harga, serta memburuknya ketahanan pangan dan gizi.
Untuk menanggapi tantangan ini, FAO telah merilis revisi anggaran rencana respons global untuk Covid-19 menjadi US$428,5 juta. Bantuan itu akan mencakup kebutuhan yang meningkat di sektor ini, seperti melindungi mata pencaharian warga, mempertahankan rantai pangan dan memastikan orang-orang yang paling rentan mendapatkan akses pada makanan yang penting dan bergizi. [*]