Site icon Jernih.co

Pemerintahan Trump Diam-diam Membantu Evakuasi Perempuan Gaza, Ibu dari Anggota Militer AS

Banyak warga AS terjebak di Jalur Gaza, dengan permintaan evakuasi ditolak dengan alasan 'keamanan nasional' (Foto: Getty)

JERNIH – Seorang perempuan Palestina berusia 59 tahun secara diam-diam dievakuasi dari Gaza dalam beberapa minggu terakhir dengan bantuan pemerintah Amerika Serikat, Israel, dan Yordania.

Menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut dan korespondensi yang ditinjau The Washington Post, kemarin, evakuasi Ahlam Firwana, 59 tahun dilaporkan difasilitasi oleh keterlibatan langsung pejabat senior AS yang telah membantu mengamankan perjanjian dari Israel dan Yordania untuk mengizinkannya meninggalkan Gaza.

Evakuasi Firwana membutuhkan sumbangan sebesar $10.000 sekitar Rp165 juta untuk menutupi biaya transportasi. Seorang pengawal Israel yang mengurusi soal ini terpaksa ‘ditinggalkan’ karena keterlambatan dalam pengurusan dokumen, dan perangkat lunak untuk memantau pergerakannya sementara perang mengerikan Israel terus berkecamuk.

Evakuasi tersebut dilaporkan terjadi karena putra Firwana, Younis Firwana, adalah warga negara AS yang saat ini bertugas di Angkatan Laut AS. Dia mendaftar di angkatan laut pada 2023 sementara ibu dan enam saudara kandungnya terjebak di Jalur Gaza, dan menerima kewarganegaraan AS pada tahun 2024.

Firwana telah mencoba sejak saat itu untuk mengatur evakuasi ibunya di tengah keluhan dari warga Palestina-Amerika bahwa pemerintah AS tidak berbuat cukup untuk membantu keluarga mereka yang masih terjebak di wilayah tersebut di tengah perang genosida Israel.

Banyak evakuasi ditolak dengan alasan ‘keamanan nasional’. Namun, Younis tidak dapat menemukan siapa pun untuk mengantarnya keluar dari Jalur Gaza atau membantunya memperbarui paspornya setelah masa berlakunya habis. Permohonan saudara-saudaranya ditolak.

Sebuah tim dipimpin pensiunan Kolonel Angkatan Darat Steve Gabavic, yang sebelumnya bertugas di Yerusalem, mengoordinasikan evakuasi Firwana. Dengan memanfaatkan koneksinya di militer Israel, Shin Bet, dan Mossad, Gabavic mengatur jalan keluar yang aman dan memastikan tentara tidak akan menyerang wilayahnya, menciptakan “zona penyangga keamanan” di sekelilingnya.

Younis telah menghubungi Asosiasi Operasi Khusus Amerika, sebuah organisasi yang telah bekerja untuk evakuasi sekitar 1.100 orang dari Gaza sejak pecahnya perang, dan salah satu anggotanya membentuk tim untuk membantu mengeluarkan ibunya.

Anggota tim lainnya termasuk wakil utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Morgan Ortagus , yang menghubungkan pejabat kedutaan AS di Amman, dan Ben Clay, seorang veteran Operasi Khusus Angkatan Darat yang memimpin operasi ekstraksi.

Meskipun sumbangan sebesar $10.000 memungkinkan Firwana dipindahkan dengan aman dari Kota Gaza ke perbatasan Kerem Shalom melalui transportasi darat sewaan, rencana tersebut harus dibatalkan setelah Israel melancarkan invasi darat ke Kota Gaza.

Setelah putranya yang lain menemukan mobil, sembilan mil terakhir perjalanan Firwana diselesaikan dengan berjalan kaki, di bawah perlindungan udara. Israel menghentikan sementara serangan udara sementara jalan-jalan dipenuhi warga Palestina yang melarikan diri.

Younis Firwana merinci bagaimana rumah tujuh lantai milik keluarganya diratakan setelah serangan Israel pada tahun 2024, dan bagaimana mereka terpaksa memakan biji burung karena makanan dan obat-obatan menjadi langka.

Ahlam Firwana saat ini sudah berada di Yordania, menunggu visanya disetujui. Sekitar 400 warga negara AS telah meminta evakuasi dari Gaza, tetapi sejauh ini hanya 75 yang dapat pergi.

Exit mobile version