Site icon Jernih.co

Pengamat Universitas Nasional: India Akan Bayar Mahal Penghinaan Politisinya Terhadap Nabi

Demo Muslim India terhadap politisi BJP bermulut comberan, Nupir Sharma

India kian kerap dilanda kabar busuk akan perlakuannya terhadap Muslim. Meski tidak menjelaskan sikap mayoritas orang India, perilaku kelompok radikal tersebut telah merugikan citra India. Protes besar-besaran awal Juni ini merupakan puncak kemarahan setelah dua politisi India melakukan penghinaan Nabi Muhammad SAW di media massa.

JERNIH– Aksi penghinaan Nabi Muhammad SAW oleh dua politisi dari Partai Bharatiya Janata (BJP) harus dibayar mahal oleh India. Hampir semua negara Islam dan berpenduduk mayoritas Muslim diperkirakan akan melakukan tekanan politik dan ekonomi yang bisa mengancam posisi India di dunia.

Demikian dikatakan pengamat Hubungan Internasional dari FISIP Universitas Nasional (UNAS), Jakarta, Robi Nurhadi, dalam pernyataan pers yang kami terima.

“Partai penguasa India tersebut kena batunya sekarang. Dunia menekannya dengan serius. Kalau tidak direspon serius, India akan mengalami masalah kritis. Ini soal agama, hal mendasar yang menggerakkan manusia untuk melawan secara kuat”,  kata Robi, seorang  alumnus Center for History, Politic and Strategy, University Kebangsaan Malaysia (UKM).

Menurut Robi, sejak berkuasa pada tahun 2014 hingga sekarang, BJP dengan perdana menterinya, Narendra Modi, cenderung membiarkan dan memberi peluang terhadap kelompok radikal yang menekan Muslim India. Keadaan tersebut telah menjadi salah satu faktor yang melahirkan tindakan keji politisi seperti Nupur Sharma dan Naveen Kumar Jindal saat ini.

“Akibat ulah dua politisi tersebut, India akan mengalami kerugian bisnis akibat pemboikotan produknya dan pembatalan kontrak-kontrak bisnisnya. Pemerintah India juga harus mengeluarkan anggaran tidak sedikit untuk menangani demonstrasi di dalam dan luar negeri,” kata Robi.

Dosen Magister Ilmu Politik tersebut mengingatkan bahwa di tengah dunia tanpa batas saat ini, semua pihak sudah harus meninggalkan politik hegemoni mayoritas yang keliru. “Kita tidak hidup sendiri meski merasa bahwa kita yang paling banyak hari ini. Media sosial sudah membuat dunia hari ini seperti telanjang. Apa yang kita lakukan, dunia akan segera tahu”, ujar Robi.

India kian kerap dilanda kabar busuk akan perlakuannya terhadap Muslim. Meski tidak menjelaskan sikap mayoritas orang India, perilaku kelompok radikal tersebut telah merugikan citra India. Protes besar-besaran awal Juni ini merupakan puncak kemarahan setelah dua politisi India melakukan penghinaan Nabi Muhammad SAW di media massa.

Nupur Sharma melontarkan pernyataannya pada acara debat terkait perselisihan di Masjid Gyanvapi di Kota Varanasi, Uttar Pradesh, dalam acara ‘Times Now’ yang disiarkan sebuah stasiun televisi, akhir Mei 2022. Sedangkan Naveen Kumar Jindal melalui akun Twitter pribadinya melontarkan pernyataan kontroversial terkait Nabi Muhammad SAW.

“Saya kira partai penguasa India mesti sadar dan lebih bersikap santun untuk saling menghargai antarpemeluk agama yang berbeda di mana pun. India itu negara besar. Jangan dikecilkan oleh kepentingan politik sesaat yang merugikan masa depan India ke depan,” kata Robi. [rls]

Exit mobile version