Site icon Jernih.co

Perundingan Rusia-Ukraina di Istanbul Dibuka Presiden Erdogan

Ilustrasi

Sampai saat ini banyak analis khawatir bahwa konflik hanya akan semakin dalam ketika Putin melanjutkan serangannya terhadap kota-kota Ukraina dan menyerang sasaran sipil—sementara Ukraina pun tidak menunjukkan tanda akan menyerah.

JERNIH– Para diplomat dari Ukraina dan Rusia bertemu di Istanbul hari ini untuk putaran negosiasi lainnya. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, membuka pembicaraan dengan menyerukan gencatan senjata segera dan mengatakan bahwa “Kita harus menghasil kesepakatan yang solid.”

Meskipun terobosan besar tidak diharapkan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menyatakan kesediaannya untuk membahas beberapa tuntutan Kremlin: menyatakan netralitas, menjauhi NATO, dan berjanji untuk tidak mengembangkan persenjataan nuklirnya sendiri. Meski begitu, Zelensky mengatakan bahwa kesepakatan potensial perlu ditentukan dalam referendum nasional, dan akan membutuhkan jaminan keamanan dan pemindahan pasukan Rusia.

“Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir negara kami—kami siap melakukan itu,” kata Zelensky, pada hari Ahad. “Itulah poin terpenting …  mereka memulai perang karena itu.”

Presiden Rusia Vladimir Putin, sementara itu, dilaporkan tidak lagi mendorong untuk “mendenazifikasi” Ukraina dan sekarang bersedia mengizinkan Kyiv bergabung dengan Uni Eropa selama negara itu mempraktikkan non-blok militer, menurut Financial Times.

Tetapi para pejabat dan pakar soal Rusia tetap skeptis apakah Putin benar-benar mencari resolusi diplomatik untuk perang, terutama karena pasukan Rusia terus mengintensifkan serangan rudal mereka di kota-kota Ukraina, memperburuk dampak kemanusiaan yang terjadi.

“Rusia masih mencari kemenangan di medan perang, dan Ukraina tidak mau menyerah,” kata Daniel Fried, seorang rekan terhormat di Dewan Atlantik dan mantan duta besar AS untuk Polandia, kepada Foreign Policy.

Jika negosiasi gagal menghasilkan terobosan diplomatik, seperti yang diperkirakan banyak ahli, apa yang akan terjadi selanjutnya? Setelah berkonsultasi dengan lebih dari selusin pejabat Barat, analis militer, dan pakar regional, wartawan FP, Amy Mackinnon, Jack Detsch, dan Robbie Gramer telah menguraikan lima hasil umum yang dapat muncul dari perang: kebuntuan berdarah, pemisahan Ukraina, kemenangan, perjanjian damai, atau peristiwa angsa hitam seperti serangan nuklir Rusia atau jatuhnya Putin dari kekuasaan.

Sampai saat ini banyak analis khawatir bahwa konflik hanya akan semakin dalam ketika Putin melanjutkan serangannya terhadap kota-kota Ukraina dan menyerang sasaran sipil—sementara Ukraina pun tidak menunjukkan tanda akan menyerah.

 “Saya terdorong oleh fakta bahwa ada negosiasi,” kata Paul Stronski, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace. Tetapi selama pertempuran semakin intensif dan penembakan di daerah-daerah sipil berlanjut, dia berkata, “Saya tidak memiliki harapan yang tinggi. Saya pikir yang terburuk masih bisa ada di depan kita,” katanya, menambahkan. [Foreign Policy]

Exit mobile version