Site icon Jernih.co

Piala Dunia 2022 Qatar: Pertaruhan, Kesalahan, Isu Suap, dan Entah Apa Lagi

JERNIH — Ketika Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) memutuskan Qatar sebagai negara Timur Tengah pertama tuan rumah Piala Dunia 2022, berbagai respon negatif bermunculan.

Ada yang mengatakan keputusan itu pertaruhan berani. Lainnya berpikir ini pasti kesalahan Sepp Blatter, mantan presiden FIFA. Yang lebih ekstrem menyebut ada suap dalam proses pemilihan.

Klub-klub Eropa dan pemain juga angkat bicara. Piala Dunia 2022 Qatar mengubah tradisi, karena seluruh laga tak mungkin digelar pertengahan tahun tapi akhir tahun.

Suhu di Timur Tengah pada pertengahan tahun mencapai 45 derajat celcius atau lebih. Laga sepak bola tidak mungkin digelar dalam cuaca sedemikain panas. Belum lagi kemungkinan badai pasir yang melanda negara tetangga Qatar.

Cuaca Timur Tengah relatif sejuk pada akhir tahun, antara November sampai Desember. Itulah waktu paling cocok menggelar seluruh pertandingan Piala Dunia 2022.

Jika itu dilakukan, administratur kompetisi di negara-negara Eropa harus menyesuaikan jadwal kompetisi. Libur kompetisi digeser dari musim panas ke musim dingin, agar pemain bisa memperkuat negara masing-masing di Piala Dunia 2022.

Sesuatu yang tak mudah, karena semua berkaitan dengan bisnis penjualan tiket, hak siar pertandingan, pasar transer, dan lainnya.

Qatar bukan tidak punya persoalan. Kelompok hak asasi manusia (HAM) mengungkap perlakuan buruk Qatar terhadap pekerja migran yang membangun delapan stadion.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah kemungkinan penggemar sepak bola tak bersedia datang ke Qatar. Khusus yang satu ini, Qatar punya mimpi buruk ketika menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Atletik IAAF 2019 di stadion setengah kosong.

Qatar tidak ingin kejadian serupa terjadi di Piala Dunia 2022, tapi mengisi stadion dengan penonton di setiap laga bukan sesuatu yang mudah. Sepanjang sejarah, Piala Dunia 1994 di AS yang paling banyak menyedot penonton ke stadion, yaitu 3.587.538.

Di Piala Dunia 1994, nyaris tidak ada kursi kosong di stadion di setiap pertandingan, mulai dari penyisihan sampai final. Sebab, semua komunitas kebangsaan di AS menyaksikan tim dari negeri asal mereka.

Tidak Ada Penghematan

Atletik dan sepak bola adalah dua hal berbeda. Sepak bola punya daya tarik global. Qatar dan FIFA optimistis Piala Dunia 2022 akan menarik jutaan penonton, yang mengisi seluruh dari delapan stadion di setiap pertandingan.

Piala Dunia 2022 akan menjadi sesuatu yang unik bagi penggemar. Qatar menyediakan semua kemewahan untuk wisatawan Piala Dunia 2022 dan calon penonton, karena tidak ada yang dihemat negeri kaya minyak itu.

Pada awal 2010, perkiraan total biaya yang dikeluarkan Qatar mencapai 65 miliar dolar AS, atau Rp 925.7 triliun. Bandingkan dengan Rusia yang hanya menghabiskan 14 miliar dolar AS, atau Rp 199,3 triliun untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018.

Laporan terakhir menyebutkan biaya yang dikeluarkan Qatar membengkak hingga mendekati 300 miliar dolar AS, atau Rp 4.272,6 triliun.

Pembengkakan bukan terjadi akibat salah perhitungan biaya pembangunan stadion. Sebab, pembangunan delapan stadion hanya menghabiskan 10 miliar dolar AS, atau Rp 142,4 triliun.

Sebagian besar uang dihabiskan Qatar untuk membangun infrastruktur dan transportasi. Beberapa sarana transportasi dibangun dengan kecepatan luar biasa, karena Qatar tidak ingin malu di mata dunia.

Diplomasi Sepak Bola

Negara lain menggelar Piala Dunia untuk bisnis, alias mendatangkan uang dari luar untuk menggenjot perekonomian, dan tujuan ekonomi jangka panjang. Qatar tidak demikian.

Qatar terlalu kaya dan tak lagi berpikir memperoleh uang dari perhelatan-perhelatan olahraga atau apa pun. Qatar mengejar keuntungan non-komersial, yaitu membangun hubungan internasional lebih baik dan memperkenalkan diri kepada miliaran penduduk dunia.

Menariknya, tujuan itu memunculkan tudingan baru terhadap Qatar. Negeri itu menghadapi tuduhan sportwashing, menggunakan acara olahraga untuk mencari legitimasi atau meningkatkan reputasi.

Pertanyaannya mengapa baru saat ini tuduhan itu muncul?

Sebelum menggelar Piala Dunia 2022, Qatar adalah negara Timur Tengah pertama yang menggelar Grand Prix Formula 1. Balapan ini menempatkan Qatar sebanding dengan negara tetangga lainnya.

Piala Dunia 2022 akan digunakan Qatar untuk memberi warisan baik secara sosial dan budaya, yang menciptakan identitas nasional. Lebih penting lagi, menempatkan Qatar sebagai aktor sah di panggung dunia.

Siapa yang Diuntungkan?

Hanya satu entitas organisasi sepak bola di dunia ini yang paling diuntungkan dari Piala Dunia 2022, yaitu FIFA.

Piala Dunia Rusia 2018 membantu FIFA menghasilkan rekor penghasilan 6,4 miliar dolar AS, atau Rp 91,1 triliun. Piala Dunia 2022 Qatar kemungkinan akan membuat kocek FIFA kemasukan lebih banyak lagi.

Jadi, Qatar menggunakan Piala Dunia untuk menegaskan eksistensinya di panggung dunia, FIFA berharap banyak laba. Dua tujuan berbeda yang memaksa industri sepak bola dunia berubah seketika.

Qatar berharap semua uang yang dikeluarkan tak sia-sia. Jika Piala Dunia 2022 sukses, Qatar mengincar Olimpiade.

Exit mobile version