Site icon Jernih.co

Prancis Panik, Olimpiade Paris 2024 Dihantui Serangan Tumbila

JERNIH — Di Indonesia, nama resmi binatang ini adalah tumbila, tapi sejumlah suku punya nama khas untuk kutu penghisap darah ini, yaitu bangsat (Betawi) dan tumbila (Sunda).

Ada pula yang menyebut kutu yang bikin jengkel ini dengan nama kutu kasur, sedangkan nama internasional-nya adalah bedbugs. Nama ilmiahnya adalah Cimex lectularius.

Masyarakat Indonesia tahun 1970 sampai 1980-an terbiasa dengan binatang ini dan punya cara mengenyahkannya, tapi tidak di Prancis. Dalam sepekan terakhir, kehadiran binatang ini di kursi bus, hotel, kursi kereta api, metro Paris, dan bioskop, menjadi bahan cemoohan.

Terakhir, ketika semakin banyak warga melaporkan serangan kutu busuk, sang tumbila menjadi isu politik kontroversial. Muncul kekhawatiran kubu buruk mengganggu persiapan Paris sebagai tuan rumah Piala Dunia Rugbi dan Olimpiade 2024.

Kutu busuk tak hanya menyerang Paris, tapi juga Marseille dan Lyon. Dua sekolah di Marseile dan satu di Lyon diidentifikasi terserang kutu busuk dan ditutup selama beberapa hari untuk dibersihkan.

Hari ini, Rabu 4 Oktober, Kementerian Transportasi Prancis menggelar pertemuan dengan organisasi tranportasi dan penumpang untuk mengukur situasi serangan kutu busuk dan memperkuat langkah. Pertemuan akan dihadiri Menteri Transportasi Clement Beaune.

“Kami ingin menginformasikan tindakanyang akan diambil demi kenyamanan dan perlindingan para pelancong,” kata Kementerian Transportasi Prancis.

Kementerian antar-kementerian juga akan dilakukan pekan ini. Juru bicara pemerintah Prancis Olivier Veran berjanji secepatnya memberijawaban.

Sementara itu Sylvain Maillard, ketua Partai Renaisans di Majelis Nasional Prancis, mengatakan rancangan undang-undang lintasi partai akan diajukan pada awal Desember, untuk memberangi kutu busuk ini. Partai Renaisans adalah kekuatan politik yang dipimpin Presiden Emmanuel Macron.

Maillard mengatakan Partai Renaisans dan sekutunya memutuskan menjadikan masalah ini prioritas dan mendesak diselesaikan, dan meminta oposisi sayap kanan dan kiri memberi saran untuk RUU lintas partai.

Menteri Kesehatan Aurelien Rousseau mengatakan kepada Radio France Inter bahwa tidak ada kepanikan umum atas masalah ini. “Yang membuat saya khawatir adalah masyarakat tidak tertipu dan memaksa mereka membayar 2.000 sampai 3.000 euro untuk membersihkan rumah dari kutu busuk,” katanya.

Rousseau juga mengecam penyalahgunaan di sektor pengendalian hama.

Hilang 70 Tahun

Kutu busuk menghilang dari kehidupan penduduk Prancis sejak 1950-an. Tidak ada cerita di masyarakat kota-kota besar Prancis bagaimana binatang itu menggigit dan menghisap darah manusia dari sela-sela kursi, kasur, dan lainnya.

Dalam dua dekade terakhir, keluhan akan kehadiran kutu busuk muncul di masyarakat. Penyebabnya, menurut situs france24, adalah kepadatan penduduk dan semakin banyaknya angkutan massal.

Sepersepuluh dari seluruh rumah tangga di Prancis diyakini bermasalah dengan kutu busuk selama beberapa tahun terakhir. Biasanya, setiap keluarga butuh operasi pengendalian hama yang memakan biaya ratusan euro dan sering kali berulang-ulang.

Kutu busuk tidak hanya muncul di rumah penduduk, tapi juga terlihat di metro Paris — kereta berkecepatan tinggi — dan di Bandara Charles de Gaulle, Paris.

Namun, kasus-kasus yang melibatkan keluhan individu belum dikonfirmasi pihak berwenang. RMC TV melaporkan penyelidikan yang dilakukan operator transportasi Paris RATP tidak menemukan adanya kutu busuk di kursi kereta.

Bruno Studer, anggota parlemen Prancis dari Partai Renaisans, mengatakan prioritas masa depan adalah menghitung jumlah kutu busuk. “Saat ini kami tidak tahu apakah jumlah kutu busuk itu lebih banyak dibanding tahun 2019,” katanya.

Exit mobile version