- NPA berdiri 1969 sebagai sayap bersenjata Partai Komunis Filipina.
- Puncak keemasan NPA terjadi tahun 1970-an, tapi kini hanya punya 1.500 prajurit.
JERNIH — Presiden Filipina Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr bersumpah musnahkan New People Army (NPA), gerilyawan komunis bersenjata, akhir 2024. Bentrok senjata yang melibatkan militer Filipina tak terhindarkan.
Rabu dan Kamis, 21 dan 22 Februari, tiga baku tembak NPA dan militer Filipina terjadi di Propinsi Negros Occindental. Tiga prajurit NPA tewas, dan empat tentara Filipina terluka.
Situs inquirer.net melaporkan baku tembak juga terjadi di Pulau Bohol, Jumat 23 Februari, dengan korban tewas di pihak gerilyawan komunis lima orang dan satu polisi lokal.
Sebelumnya, sejak awal Januari 2024, baku tembak sporadis terjadi berbagai lokasi di Filipina tengah dan selatan, termasuk di Propinsi Ilailo, Batangas, dan Rizal. Sebanyak 20 gerilyawan dikabarkan tewas.
Manila berupaya mengakhiri kekerasan lewat perundingan, tapi baku tembak seolah tak berhenti. Pers lokal mengatakan kekerasan terjadi karena Manila mengklaim NPA saat ini mengalami kemunduran kemampuan militer, yang membuat Presiden Marcos Jr percaya diri saat mengatakan tidak boleh ada lagi pangkalan NPA aktif pada Desember 2024.
Panglima AB Filipina Jenderal Romeo Brawner sempat mengklarifikasi bahwa NPA masih memiliki sebelas pangkalan atau kamp yang berfungsi, meski melemah dalam beberapa tahun terakhir.
Perundingan untuk melucuti senjata gerilyawan dan bentrok fisik diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa bulan mendatang.
The Huks, NPA
New People Army (NPA), atau Bagong Hukbong Bayan, didirikan tahun 1969 oleh Bernabe Buscayno dan Lucio Manlapaz sebagai sayap bersenjata Partai Komunis Filipina beraliran Maois.
NPA adalah kelanjutan Hukbong Bayan Lapan Sa Hapon (Hukbalahap), atau Pasukan Rakyat anti-Jepang — kelompok komunis yang mendapatkan senjata dari sekutu untuk melakukan perlawanan gerilya saat Jepang berkuasa di Filipina.
Setelah Jepang hengkang, The Huks — kependekan dari Hukbalahap — meneruskan perjuangan melawan pemerintah Filipina. Perlawanan berakhir tahun 1960-an, saat Filipina dipimpin Ramon Magsaysay.
NPA melanjutkan perjuangan komunis dengan strategi perang rakyat berlarut-larut. Mereka mendapatkan pendanaan dari aksi pemerasan terhadap perusahaan-perusahana yang beroperasi di Filipina tengah dan selatan.
Tahun 2014, Letkol Ramon Zagala — yang berbicara atas nama AB Filipina — mengatakan NPA kehilangan basis ideologis dan berubah menjadi kelompok pemeras bersenjata. Korban pemerasan adalah rakyat biasa.
NPA mencapai puncak kekuatan tahun 1970-an, dengan 60 ribu prajurit bersenjata lengkap di seluruh negeri. Tahun 1980-an, kekuatan NPA terus menurun dan kini diperkirakan tersisa 1.500 prajurit.