- Manchester United saat ini tak ubahnya sirkus keliling dan Ralf Rangnick coba mengubahnya dengan gegenpressing.
- Apakah cukup waktu untuk melakukan semua itu, ketika semua pemain Setan Merah lebih butuh psikolog.
JERNIH — Setelah Alex Ferguson pensiun, Manchester United pernah ditangani dua pelatih hebat; Louis van Gaal dan Jose Mourinho. Keduanya gagal, dan menjadi mediocre.
Ralf Rangnick, pelatih hebat asal Jerman, tidak mau bernasib seperti keduanya. Ia memilih menangani Setan Merah selama enam bulan, atau sampai musim ini berakhir, untuk menghindari pemecatan.
Pertanyaannya, apakah Rangnick mampu menyulap performa Manchester United dalam waktu singkat?
Kebesaran Sir Alex
The Sun menulis Manchester United dan kesuksesannya adalah Sir Alex Ferguson. Artinya, siapa pun yang tidak bisa menyamai Sir Alex akan dianggap gagal.
Namun, manajemen Setan Merah seolah tidak pernah mengakui bahwa keputusan Sir Alex merekomendasikan David Moyes sebagai penggantinya adalah awal bencana berkelanjutan.
Saat menangani Everton, Sir Alex memuji Moyes sebagai pelatih jenius. Moyes membawa The Toffees ke kualifikasi Liga Champions kali pertama meski tidak memiliki pemain bintang.
Moyes memproduksi banyak bakat-bakat hebat. Salah satunya Wayne Rooney.
Namun, aroma primodialisme lebih kental dalam penunjukan Moyes sebagai pelatih Manchester United saat itu. Sir Alex dan Moyes adalah orang Skotlandia.
Asumsi itu bisa jadi keliru. Sebab, Sir Alex tidak meninggalkan rencana, atau apa pun untuk pengembangan Manchester United, untuk Moyes.
Semua tentang Setan Merah hanya ada di kepala Sir Alex, dan dibawa pergi setelah sang pelatih besar pergi pada Mei 2013. Manchester United seperti Frankenstein tanpa penciptanya.
Klub Terbesar
Manchester United adalah klub terbesar di Inggris kendati tidak memenangkan gelar antara 1967 sampai 1993. Mungkin terdengar lucu, padahal tidak.
Dukungan kelas menengah pekerja Manchester membuat Old Trafford selalu penuh dan riuh. Apalagi jika mereka menghadapi Manchester City, rekan sekota yang dikenal sebagai klub aristokrat.
Di masa lalu, Manchester United punya banyak bintang. Sebut saja Norman Whiteside, remaja istimewa Irlandia Utara, dan kapten Inggris Bryan Robson. Namun mereka tidak pernah memberikan gelar.
Di era Sir Alex, ketika klub mendatangkan banyak pemain dari luar, fans Manchester United mulai bisa bermimpi menjadi juara. Eric Cantona, pemain Prancis, adalah sosok yang mengubah performa Setan Merah.
Di sisi lain, Akademi Mancheser United — lembaga pembinaan pemain muda — menghasilkan banyak pemain hebat di era Sir Alex. Ryan Giggs, David Beckham, Phil dan Gary Neville, Lee Sharpe, sebagian dari produk Setan Merah.
Setelah era Beckham dan kawan-kawan berakhir, Akademi Manchester United seolah tak berproduksi lagi. Setan Merah mengandalkan pasokan pemain berbakat dari pasar transfer. Martin Ferguson, pencari bakat klub, tidak banyak memberi rekomendasi pembelian pemain muda dari luar negeri.
Investasi, Gelar
Setiap pelatih Manchester United pasca Sir Alex seolah tertekan hebat harus memperoleh gelar. Tidak heran jika Moyes terlihat tua meski baru satu musim di Old Trafford. Kini, tujuh tahun setelah meninggalkan Manchester Unied, Moyes justru tampak lebih muda.
Louis van Gaal, pelatih hebat asal Belanda, menghadapi nasib sama. Manajemen menuntutnya meneruskan era kebesaran Sir Alex. Ia gagal dan tercampak.
Berbeda dengan Moyes dan Van Gaal, Mourinho memberi dua gelar dan finish di tempat kedua Liga Primer tapi juga dipecat.
Khusus Mourinho, urusan memang lain. Setelah menganggap diri sukses menangani Setan Merah, ia meminta dana belanja. Manejemen Setan Merah menolak dan memecatnya.
Louis van Gaal entah ke mana. Mourinho turun status menjadi pelatih tim kelas dua macam Tottenham Hotspurs dan kini menangani AS Roma.
Ole Gunnar Solksjaer adalah salah satu legenda Setan Merah. Musim lalu ia menempatkan Manchester United di posisi kedua, ketika Liverpool dan Manchester United menggila.
Namun, manajemen Manchester United mencampakannya, yang membuat Solksjaer berkali-kali hampir menangis dalam satu bulan sebelum pemecatannya.
Solksjaer meninggalkan Old Trafford dengan setengah rambut memutih. Padahal, ia masih tampak muda dan terus tersenyum pada pekan-pekan pertama di Theatre of Dreams.
Gegenpressing, Psikolog
Ralf Rangnick adalah pelopor gegenpressing, taktik bermain yang dimainkan Liverpool, Chelsea, dan Bayern Muenchen. Namun, jangan berminpi taktik ini bisa diterapkan dalam sekejap di Manchester United.
Yang perlu dilakukan Rangnick dengan pemainnya, sebelum memainkan gegenpressing, adalah menyuruh mereka mendatangi psikolog. Sebab, jika melihat permainan Manchester United saat melawan Villarreal di Liga Europa, Setan Merah tidak ubahnya klub kelas tiga.
Harry Maguire perlu diingatkan tentang cara bertahan. Luke Shaw, yang mulaim lalu adalah full-back terbaik dunia, harus dibantu menemukan kemampuan terbaiknya.
Aaron Wan-Bissaka perlu diajarkan kembai cara melapas umpan silang. Bruno Fernandez perlu berhenti mengeluh, dan penting mengingatkan Marcus Rashford bahwa dia salah satu pemain depan terbaik Liga Primer.
Lupakan pendapat Cristiano Ronaldo tidak tepat lagi mengenakan kostum Setan Merah. Ia tetap produsen gol fenomenal.
Machester United saat ini tidak ubahnya sirkus keliling, yang tetap menghibur. Sebab, Rangnick perlu waktu menerapkan pendekatan gegenpressing.
Pertanyaannya, di posisi berapa Rangnick menempatkan Manchester United di klasemen akhir Liga Primer? Kita tidak tahu.
Yang pasti, Rangnick akan pergi setelah enam bulan melatih tanpa berstatus dipecat.