Site icon Jernih.co

Rusia Coba Kembangkan Vaksin Minum Rasa Yogyurt

JERNIH — Vaksinasi lewat jarum suntik telah menjadi ciri hidup kita bertahun-tahun. Sejumlah ilmuwan Rusia coba mengakhirinya dengan mengembangkan vaksin yang dapat diminum dari botol.

Alexander Dmitriev, petinggi Akademi Sains Rusia, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa studi praklinis vaksin berbasis yogurt sedang berlangsung dan kemungkinan selesai dalam waktu satu tahun.

Studi dan uji coba vaksin diselenggarakan Institut Pengobatan Eksperimental Rusia. Vaksinasi dengan cara minum vaksin dari botol akan membuat jutaan orang yang takut jarum suntik akan bersedia divaksinasi.

“Para ahli memperkirakan biaya menghadirkan vaksin formula baru kepada pasien adalah 220 jut rubel, atau Rp 42,1 miliar,” katanya. “Kami sedang mencari peluang mendapatkan dana tambahan.”

Menjawab pertanyaan seperti apa vaksin diminum lewat botol, ilmuwan Alexander Suvorov — yang mengerjakan gagasan ini — mengatakan; “Ya, seperti minum susu lokal yang populer, yang dikenal dengan nama ryazhenka.

Minuman berbahan dasar susu yang difermentasi itu sangat digemari di Rusia dan Ukraina. Rasanya tidak beda dengan kefir atau susu asam.

Namun, menurut Suvorov, jangan berpikir resep ini akan mengakhiri pandemi. “Kami bergerak hati-hati untuk menghindari situasi produk medis baru dianggap obat mujarab menyelamatkan umat manusia,” kata Suvorov.

Januri 2021 lalu, salah satu ilmuwan top Rusia Albert Rizvanov, direktur Pusat Pengobatan Presisi dan Regeneratif di Universtias Federal Kazan, mengatakan negara harus bealjar hidup berdampingan dengan Covid-19 selama bertahun-tahun yang akan datang.

“Ada penyakit musiman yang biasanya mati pada akhir musim semi dan awal musim panas,” katanya.

Kelak, virus korona akan berhenti menyebar di Rusia musim panas ini. Covid-19 akan menjadi salah satu patogen musiman yang menyebabkan penyakit pernafasan.

Varian Baru

Ketakutan varian baru menyebar ke masyarakat secara teratur membuat raksasa farmasi berjuang memastikan mereka menemukan formula baru untuk melindungi setiap orang dari virus.

Albert Bourla, CEO Pfizer, Kamis lalu mengatakan mereka yang telah menerima vaksin kemungkinan membutuhkan dosis ketiga dalam satu tahun. Ini semua membuka kemungkinan imunisasi tahunan.

Awal April, pembuat virus Sputnik V Rusia mengatakan sedang mengembangkan teknologi baru yang memungkinkan produsen beradaptasi dan memperbarui formula dalam 48 jam setelah varian baru virus korona ditemukan.

Mengenai berapa lama edisi revisi harus diuji, dan apakah dapat menunda prosesnya, Alexander Gintsburg dari Institut Gamaleya Moskwa mengatakan; “Jika tujuan pembuatan vaksin baru memberli perlindungan memadai terhadap strain baru, produksi massal bisa segera diluncurkan.”

Exit mobile version