- CoviVac, vaksin Covid-19 ketiga buatan Rusia, dikembangkan menggunakan teknologi paling tradisional.
- Virus korona diambil dari pasien di seluruh rumah sakit, dilemahkan, dinonaktifkan, dibudidayakan, dan dijadikan vaksin.
- Uji klinis Fase 3 belum selesai, tingkat kemanjuran belum diketahui.
JERNIH — Rusia mendaftarkan vaksin Covid-19 ketiga yang dikembangkan Pusat Penelitian Ilmiah Chumakov, Moskwa.
CoviVac, nama vaksin itu, belum menyelesaikan uji coba Fase 3 namun PM Rusia Mikhail Mishustin optimis batch percontohan sebanyak 120 ribu dosis tersedia untuk publik pada pertengahan Maret 2021.
Berbeda dengan Sputnik V dan EpiVacCorona, dua vaksin buatan Rusia sebelumnya, CoviVac menggunakan teknologi paling tradisional dari semua solusi antivirus.
CoviVac adalah vaksin virus utuh, yang mengandung jenis infeksi dilemahkan atau dinonaktifkan, dibudidakayakan secara khusus untuk produksi.
Menurut pengembangnya, seluruh vaksin di seluruh dunia dibangun di atas teknologi ini. Menggunakan virus lemah, atau virus nonaktif, untuk melawan pandemi Covid-19 adalah pilihan layak.
Aidar Ishmukhametov, kepala Chumadkov Center, mengatakan sampel virus yang digunakan untuk membuat vaksin dikumpulkan dari pasien Covid-19 yang dirawat di seluruh rumah sakit Mokswa.
Sampel itu ternyata cukup ‘kooperatif’ untuk berkembanga di laboratorium. Ini memberikan ilmuwan bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan vaksin.
Sputnik V dan EpiVacCorona
Rusia membiarkan pusat-pusat penelitian ilmiah mengembangkan vaksin dengan pilihan teknologi masing-masing.
Gamaleya Center mengembangkan Sputnik V menggunakan teknologi adenovirus manusia dua vektor yang unik. Virus korona dimasukan ke dalam adenovirus yang dilemahkan, yaitu virus flu hasil rekayasa genetika yang tidak dapat berkembang biak di tubuh manusia.
Cara ini memicu reaksi kekebalan yang diperlukan. Unuk dosis pertama, Sputnik V menggunakan dua vektor adenoviral berbeda. Dosis kedua menggunakan vektor yang sama, dengan tujuan meningkatkan efektivitas perahanan tubuh.
EpiVacCorona, yang dikembangkan Vector Institut di Siberia, menggunakan partikel virus yang disintesis. Virus dimasukan ke tubuh manusia oleh protein pembawa.
Tidak seperti pesaing asing, semua vaksin buatan Rusia dapat disimpan di lemari es biasa. CoviVac pun bisa didistribusikan dengan mudah dan murah.
Sebagai pelopor, Sputnik V telah digunakan di 30 negara. EpiVacCorona akan menyusul, karena dunia membutuhkan miliaran vaksin. CoviVac mungkin harus menunggu sampai uji klinis Fase 3 selesai untuk mengikuti jejak Spunik V dan EpiVacCorona.