Site icon Jernih.co

Rusia Rekrut Warga Suriah untuk Berperang di Ukraina

Seorang prajurit Ukraina menjaga seorang warga sipil melintasi jembatan yang diledakkan di sebuah desa, di sebelah timur kota Brovary pada 6 Maret 2022. (AFP)

Laporan WSJ itu muncul tiga hari setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuduh bahwa pasukan Ukraina menggunakan perisai manusia, dan bahwa “tentara bayaran asing” dari Timur Tengah memerangi pasukan Rusia di darat.

JERNIH–Rusia merekrut warga Suriah yang terampil dalam pertempuran perkotaan untuk berperang di Ukraina saat invasi Moskow meluas lebih dalam, ke kota-kota Ukraina. Hal itu dikemukakan seorang pejabat AS kepada The Wall Street Journal.

“Rusia, yang telah beroperasi di dalam wilayah Suriah sejak 2015, dalam beberapa hari terakhir telah merekrut para combatan dari sana, berharap keahlian mereka bisa membantu dalam pertempuran perkotaan untuk merebut Kyiv dan memberikan pukulan telak bagi pemerintah Ukraina,” tulis WSJ mengutip empat orang pejabat AS.

Seorang di antara pejabat itu mengatakan, para combatan Suriah sudah berada di Rusia, siap untuk segera memasuki Ukraina.

Sebuah outlet Suriah yang berbasis di Deir Ezzor mengatakan, Rusia telah menawarkan sukarelawan antara 200 dolar AS hingga 300 dolar AS untuk pergi ke Ukraina dan beroperasi sebagai combatan selama enam bulan sekaligus.

Laporan WSJ muncul tiga hari setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuduh bahwa pasukan Ukraina menggunakan perisai manusia, dan bahwa “tentara bayaran asing” dari Timur Tengah memerangi pasukan Rusia di darat.

“Fakta bahwa kami berperang secara khusus melawan neo-Nazi ditunjukkan oleh jalannya permusuhan. Formasi nasionalis dan neo-Nazi, dan di antara mereka ada tentara bayaran asing, termasuk dari Timur Tengah, bersembunyi di balik warga sipil sebagai tameng manusia,”kata Putin.

Saat invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-12, pejabat pemerintah internasional dan laporan intelijen mengatakan, operasi militer Moskow terlambat dari jadwal karena menghadapi perlawanan tak terduga dari pasukan Kyiv.

Pihak berwenang Ukraina sejak awal membuka pintunya bagi sukarelawan internasional yang bersedia berperang di negara itu.

Menteri Luar Negeri, Dmytro Kuleba, mengatakan kepada CNN pada had lalu bahwa ada sekitar 20.000 pejuang asing bergabung dengan upaya Ukraina untuk mengusir invasi Rusia, sebagian besar datang dari negara-negara Eropa.

Sejauh ini, konflik tersebut telah menyebabkan puluhan korban sipil. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya mencatat 406 tewas dan 801 terluka, memperkirakan bahwa angka sebenarnya “jauh lebih tinggi.”

 “Sebagian besar korban sipil yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan area dampak luas, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem roket multi-peluncuran, serta serangan rudal dan udara,”kata OHCHR, menambahkan. [Al-Arabiya]

Exit mobile version