Pyongyang — Kim Jong-un, pemimpin tertinggi Korea Utara, tidak lagi bicara soal nuklir dan sibu melepas rudal. Ia kini bicara soal seks bebas di kalangan remaja Korea Utara.
“Baru-baru ini semakin banyak remaja sekolah menengah; lelaki dan perempuan, terlibat penyimpangan seksual tidak bermoral,” kata Kim Jong-un, seperti dilansir sebuah sumber dan dikutip Radio Free Asia.
“Komite Sentral Partai Pekerja telah mengeluarkan arahan, yang menyeru tindakan keras terhadap mereka,” lanjut pemimpin Korea Utara itu.
UK Express melaporkan Kim menyebut perilakus seks menyimpang, seks bebas, dan dorongan seks terlalu aktif, sebagai pengkhianatan. Ia menyarankan orang tua dan guru mencegah praktek ini di kalangan anak-anak mereka, atau menghadapi hukuman jika gagal.
Kim juga menyalahkan pengaruh kapitalis atas dekandensi moral di kalangan remaja Korea Utara. Menurutnya, semua ini akibat pornografi yang diselundupkan dari perbatasn Cina.
Sebelumnya, Liga Pemuda Kimilsungist-Kimjongilist di Sinuju memeriksa siswa sekolah menengah, dan menemukan beberapa anak lelaki dan perempuan bergaul dengan gangster lokal, hidup bersama, dan melakukan tindakan tak bermoral seperti pelacuran sukarela.
“Perilaku seksual gaya hidup kapitalis telah menjadi masalah di Korea Utara,” ujar sumber Radio Free Asia di Pyongyang. “Komite mendefinisikan pergaulan bebas sebagai pengkhianatan karena membantu musuh menghancurkan masyarakat.”
Kini, setiap sekolah diminta menertibkan secara keras setiap siswa yang membawa ponsel atau perangkat lain. Korut juga meluncurkan aplikasi Bendera Merah, dan harus terinstall di setiap ponsel remaja.
Aplikasi Bendera Merah akan mencatat semua situs yang dikunjungi pengguna, dan secara acak mengambil tangkapan layar yang dapat diperiksa pihak berwenang.
Situasi ini menimbulkan kecemasan para guru. Semua guru di sekolah akan terkena hukuman, tidak dijelaskan bentuk hukumannya, jika salah satu siswa diketahui melakukan seks bebas.
Pemerintah Korae Utara tampaknya melupakan satu hal, yaitu penundaan tahun ajaran baru akibat wabah virus korona. Penundaan menyebabkan siswa tidak banyak pergi ke sekolah.
Siswa yang tak sibuk belajar mencari cara menghabiskan waktu. Salah satunya, mengunjungi situs-situs tertentu, dan berbagi kepada yang lain.