Site icon Jernih.co

Sidang Terakhir Tokoh Khmer Merah: MA Kuatkan Vonis Seumur Hidup Khieu Samphan

JERNIH — Mahkamah Agung Pengadilan Luar Biasa Kejahatan Perang yang didukung PBB (ECCC) menolak banding dan menguatkan hukuman seumur hidup terhadap Khieu Samphan, pemimpin terakhir Khmer Merah dan pembantai dua juta rakyat Kamboja.

Samphan, kini berusia 91 tahun, adalah satu dari tiga pendiri Khmer Rouge atau Khmer Merah. Ia divonis penjara seumur hidup tahun 2018 atas tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pelanggaran berat Konvensi Jenewa 1949.

Arsitek Tahun Nol ini dinyatakan bersalah melakukan genosida Muslim Champa dan Khmer Krom antara 1975-1979. Ia menolak semua tuduhan dan mengajukan banding.

Dalam putusannya, Mahkamah Agung mengatakan hukuman seumur hidup itu adil, mengingat kekejaman Samphan terhadap rakyat Kamboja selama pemerintahan teror Khmer Merah. Keputusan ini bersifat final dan tidak ada upaya hukum lagi.

“Huuman seumur hidup Samphan dalam kasus 002/02 akan dijalani bersamaan dengan hukuman seumur hidup dalam kasus 002/02,” kata Kong Srim, ketua Majelis Mahkamah Agung.

Wakil PM Kamboja Bin Chhin, yang memfasilitasi proses ECCC, mengatakan putusan itu merupakan penutup babak tergelap dalam sejarah Kerajaan Kamboja.

“Ini juga peristiwa berarti bagi umat manusia dalam hal pencarian keadilan atas pelanggaran hak asasi mansuia di bawah payung hukum internasional,” kata Chhin.

Sepanjang pengadilan banding, Samphan mendengar putusan Mahkamah Agung dengan seksama. Ia mengenakan masker dan headphone.

Entah berapa lama Samphan mendekam di penjara. Ia sangat renta tapi belum pikun. Ia seolah menyimak setiap kalimat hakim agung yang membacakan putusan.

Samphan adalah intelektual Kamboja. Kecerdasannya membawanya ke Lycee Sisowath, sebuah sekolah elite Kamboja saat itu yang memungkinkannya belajar di Prancis.

Ie menempuh pendidikan bidang ekonomi di Universitas Montpellier, melanjutkan ke Universitas Paris dan mendapat gelar doktor. Desertasi terkenalnya adalah Cambodia’s Economy and Industrial Development, yang merupakan cetak biru pembangunan Kamboja dari nol.

Rendah Hati, Pembantai

Kembali ke Kamboja, Samphan masuk ke pemerintahan Norodom Sihanouk dan menjabat menteri ekonomi. Ia menolak mobil mewah sebagai kendaraan dinas. Rakyat Kamboja saat itu mengenalnya sebagai pejabat sederhana.

Namun, elemen kanan di pemerintahan Sihanouk mempermalukannya. Ia dipukuli di tengah jalan yang sepi di bawah hujan, dan ditinggalkan begitu saja.

Sejak saat itu Samphan menjadi radikal. Ia masuk hutan, dikejar untuk dibunuh, dan sempat dilaporkan tewas.

Di hutan, Samphan mendirikan Khmer Merah bersama Hu Youn dan Hu Nim. Tahun 1970, Jenderal Lo Nol melakukan kudeta dan menghapus monarki. Norodom Sihanouk lari ke hutan dan bergabung dengan Khmer Merah.

Khmer Merah, yang semula hanya gerakan kecil dengan puluhan serdadu bersenjata, berubah kekuatan besar. Figur monarki Sihanouk menjadi magnet bagi rakyat Kamboja untuk bergabung dengan Khmer Merah.

Tahun 1975, Khmer Merah memasuki Phnom Penh dan memaksa Jenderal Lo Nol kabar ke Hawaii lewat Jakarta. Alih-alih kembali berkuasa sebagai raja, Khmer Merah mengasingkan Norodom Sihanouk di dalam istananya, dengan sebagian besar keluarga kerajaan dibantai.

Invasi Vietnam ke Kamboja 1979 mengakhiri kekuasaan Khmer Merah. Pol Pot, Samphan, Ieng Sary, dan semua petinggi Khmer Merah lari hutan dan beroperasi di perbatasan Thailand.

Tahun 1985, Samphan menggantikan Pol Pot sebagai pemimpin Khmer Merah. Posisi ini dijabat sampai Desember 1998, atau setelah Samphan dan Nuon Chea menyerahkan diri ke Kerajaan Kamboja.

Samphan mungkin petinggi Khmer Merah terakhir, tapi kader organisasi komunis paling radikal itu masih bejibun di Kamboja. Salah satunya PM Hun Sen, yang adalah komandan pasukan Khmer Merah sebelum invasi Vietnam.

Hun Sen sempat melawan tekanan internasional agar Samphan, Nuon Chea, dan Ieng Sary, diajukan ke mahkmah internasional saat menyerah.

Akhirnya, lewat perundingan panjang, kesepakatn tercapai. Seluruh petinggi Khmer Merah diadili di Kamboja, dengan hakim lokal dan internasional. Lainnya, penuntutan tidak diperluas.

Menurut Hun Sen, jika penuntutan diperluas stabilitas politik Kamboja akan terganggu. Kecuali Samphan, semua petinggi Khmer Merah telah mati.

Namun, Khmer Merah tidak benar-benar habis. Lapis kedua dalam hirarki Khmer Merah kini menguasai Kamboja.

Exit mobile version