- Stoyanka kini desa hantu, dengan penduduk terancam sniper dan peluru artileri.
- Seorang lelaki usia 69 tahun mencoba mengirim satu truk makanan ke penduduk desa yang kelaparan.
JERNIH — Sniper Rusia menargetkan penduduk yang melintas di persimpangan jalan Desa Stoyanka, tapi Andrii Ostapets berharap bisa membawa makanan ke tetangga dan kucingnya jika mereka masih hidup.
Stoyanka berubah menjadi desa hantu setelah hampir satu bulan. Desa berada di garis depan pertempuran mempertahankan Kyiv, ibu kota Ukraina.
BACA JUGA:
- Gagal Rebut Kyiv dan Pasukan Chechnya Dihancurkan, Presiden Putin Marah
- Ukraina Desak Georgia Buka Front Kedua Melawan Rusia, Tbilisi Menolak
Suara tembakan artileri masih menggelegar dari perbukitan berhutan rendah yang mengelilingi desa. Dari sini sniper membidik target tanpa pandang bulu; penduduk desa atau militer.
Ostapets tidak bisa mengabaikan peringatan itu, tapi harus memikirkan satu hal; nasib tetangganya yang bertahan, dan kucingnya yang pasti kelaparan.
“Kami melihat orang-orang terbunuh, rumah-rumah terbakar. Kami hidup di neraka ketika Rusia menduduki desa ini,” ujar Ostapets, yang berusia 69 tahun, kepada KyivPost. “Kemarin, sukarelawan pertahanan memaksa pasukan Rusia mundur dari Stoyanka.”
Stoyanka hanya setengah kilometer dari perbatasan barat Kyiv. Bisa dibayangkan betapa pentingnya desa ini bagi Rusia, agar bisa memberi tekanan kepada pasukan Ukraina.
Ukraina tahu Stoyanka harus dipertahankan. Jika direbut Rusia, harus bisa direbut kembali.
Tidak seluruh penduduk desa lari dari Stoyanka saat Rusia datang. Mereka bertahan meski tanpa makanan, listrik, dan air bersih, dan Ostapets membawa satu mobil penuh makanan.
“Saya akan membawa makanan untuk orang-orang dan hewan peliharaan,” katanya. “Saya sedang menunggu izin untuk menyelamatkan mereka.”
Dibunuh Sniper
Sebagian besar rumah di jalan menuju Stoyanka tampak kosong. Beberapa rumah hancur terkena peluru meriam atau roket.
Di pos pemeriksaan terbungkus pasir, orang-orang menunggu untuk memberi bantuan. Seorang anggota milisi mengatakan mencoba menyeberang ke bagian utama desa sama saja bunuh diri.
“Dua warga sipil tewas dibunuh penembak jitu hari ini,” kata seorang sukarelawan pertahanan sipil yang membawa Kalashnikov dengan waah ditutupi balaclava hijau zaitun.
Kejutan muncul ketika Ostapets masih berharap mendapat ijin. Snizhana Shokina, putri Ostapets, datang untuk bergabung dalam pertempuran.
“Saya tidak memberi tahu orang tua bahwa saya akan datang,” kata Shokina, ibu dua anak berusia 45 tahun. “Saya tahu mereka khawatir jika saya bertempur.”
Shokina siap membantu penduduk yang membawa makanan. “Saya ingin membantu,” katanya.
Musuh Bersejarah
Ostapets meninggalkan Stoyanka setelah peluru meriam meledak di kebun mereka, melemparkan istrinya ke tanah, menciptakan kawah besar.
Sebagai pembaca buku-buku sejarah, Ostapets tidak merasa aneh ketika Rusia menginvasi Ukraina. Rusia, menurutnya, adalah musuh historis Ukraina.
Perseteruan Ukraina-Rusia dimulai abad ke-12 setelah penaklukan Kyiv. “Kini, mereka kebali akan menaklukan Kyiv,” katanya.
Rusia, lanjut Ostapets, kehabisan peluru dan pasukan mereka dipecah ke dalam kelompok-kelompok kecil. Senjata kecil dan sniper dalam situasi ini tidak akan membantu mereka.
“Mereka membunuh setiap mahluk hidup; kucing, anjing, dan apa saja,” katanya. “Mereka kehabisan perbelakan dan merampok rumah penduduk.”
Bagi pasukan Rusia, pilihan mereka hanya dua; menyerah atau mati.