Site icon Jernih.co

Studi di AS: Tes Swab Bisa Sebabkan Kebocoran Cairan Otak Pada Pasien

“Ini menggarisbawahi perlunya pelatihan yang memadai bagi mereka yang melakukan tes dan perlunya kewaspadaan setelah tes dilakukan,”kata Dokter Spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorokan Dennis Kraus

JERNIH— Sebuah kasus mengkhawatirkan terjadi pada pasien yang menjalani tes cairan hidung (Swab) dalam upaya pengendalian panyakit Covid-19 di Amerika Serikat. Akibat tes tersebut terjadi pecahnya lapisan di dasar tengkorak pasein tersebut, menyebabkan cairan serebrospinal bocor dari hidungnya,  dan menempatkannya pada risiko infeksi otak.

Pasien yang berusia 40-an itu memiliki kondisi langka yang tidak terdiagnosis, dan tes yang diterimanya mungkin dilakukan dengan tidak benar, meski kejadian tersebut sangat langka dan risiko dari tes hidung tetaplah sangat rendah.

Tetapi menurut Jarrett Walsh, penulis senior makalah yang muncul di JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgery, para profesional perawatan kesehatan harus sangat berhati-hati untuk mengikuti protokol pengujian. Walsh mengatakan hal tersebut kepada AFP. Orang yang pernah menjalani operasi sinus atau dasar tengkorak yang ekstensif, menurut dia,  harus mempertimbangkan untuk meminta tes oral jika tersedia.

“Ini menggarisbawahi perlunya pelatihan yang memadai bagi mereka yang melakukan tes dan perlunya kewaspadaan setelah tes dilakukan,”kata Dokter Spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorokan Dennis Kraus, dari Rumah Sakit Lenox Hill di New York.

Walsh, yang berpraktik di Rumah Sakit Universitas Iowa, mengatakan pasien wanita itu telah menjalani tes hidung sebelum operasi hernia elektif, dan kemudian melihat cairan bening keluar dari satu sisi hidungnya. Dia kemudian mengalami sakit kepala, muntah, leher kaku, dan sensitivitas berlebihan terhadap cahaya, dan akhirnya dipindahkan ke ruang perawatan Walsh.

“Sebelumnya dia pernah dilakukan swab untuk prosedur lain, sisi yang sama, tidak ada masalah sama sekali. Dia merasa mungkin swab kedua tidak menggunakan teknik terbaik, dan entry-nya agak tinggi,” katanya.

Faktanya, wanita itu telah dirawat bertahun-tahun sebelumnya karena hipertensi intracranial–artinya tekanan dari cairan serebrospinal yang melindungi dan menyehatkan otak, terlalu tinggi. Dokter pada saat itu menggunakan pintasan untuk mengalirkan sebagian cairan dan kondisinya teratasi.

Tapi itu menyebabkan dia mengembangkan apa yang disebut encephalocele, atau cacat di dasar tengkorak yang membuat lapisan otak menonjol ke hidung di mana ia rentan pecah.

Hal tersebut tidak diketahui sampai pemindaian lama ditinjau oleh dokter barunya, yang melakukan operasi untuk memperbaiki cacat pada bulan Juli. Kini dia telah pulih sepenuhnya.

Walsh mengatakan, dia yakin gejala yang terjadi itu adalah hasil dari iritasi pada selaput otak. Jika masalahnya tidak ditangani, dia bisa mengembangkan infeksi otak yang mengancam jiwa dari bakteri yang menyebar ke hidung.

Kebanyakan protokol pengujian meminta dokter untuk mengikuti jalur dasar hidung, yang terletak di atas langit-langit mulut, daripada mengarahkan kapas ke atas — atau jika mereka mengarahkannya ke atas, lakukanlah dengan sangat hati-hati.

Walsh mengatakan bahwa meskipun ini kemungkinan kejadian yang sangat langka, itu merupakan pengingat perlunya pelatihan berkualitas tinggi, mengingat ratusan juta tes lagi akan dilakukan sebelum pandemi selesai. [Al-Arabiya English]

Exit mobile version