JAKARTA – Pemerintah Thailand tengah mempertimbangkan kemungkinan menunda pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang diperuntukkan bagi militer setempat. Dalam menanggapi dampak ekonomi akibat penyebaran virus Corona (Covid-19).
Demikian diungkapkan juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand (MoD), Letnan Jenderal Kongcheep Tantravanich, seperti dirilis Jane’s, Senin (13/4/2020).
Letjen Kongcheep menjelaskan, setiap potensi keterlambatan untuk akuisisi pertahanan yang direncanakan, bakal dibahas secara internal oleh Kementerian Pertahanan dengan pemasok asing untuk meminimalkan dampak pada Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand.
“Tidak seperti banyak mitra Asia, MoD Thailand tidak mencari pengadaan peralatan pertahanan melalui kredit yang disediakan oleh pemasok internasional. Alih-alih, tampaknya akan menyebarkan biaya pengadaan melalui anggaran pertahanan fiskal selama beberapa tahun,” ujarnya.
Meskipun demikian, Kementerian Pertahanan Thailand adalah yang pertama di wilayah ini yang menunjukkan kesulitan pengadaan di masa depan sebagai konsekuensi dari Covid-19.
“Kami sedang mempertimbangkan apa yang perlu,” kata Kongcheep.
“Jika kami pikir perlu menunda program (pengadaan militer) untuk tahun-tahun mendatang, kami akan menundanya, sehingga tidak mempengaruhi kontrak dengan pemasok asing. Ini adalah sesuatu yang perlu kita bicarakan, tapi saya pikir negara lain mengalami efek yang serupa dan mereka akan mengerti apa yang perlu,” Kongcheep menambahkan.
Ia menambahkan, pihaknya tidak hanya melihat pengadaan pada tahun 2020, namun memasukkan pada tahun 2021 ketika mengurangi pengeluaran sesuai dengan persyaratan nasional yang diperlukan.
“Kami sepenuhnya siap untuk bekerja sesuai dengan kebijakan pemerintah,” ujar dia.
Meski demikian, pihaknya tidak mengidentifikasi proyek tertentu yang sedang ditinjau. Namun, dari laporan pengadaan tersebut termasuk kapal selam Angkatan Laut Kerajaan Thailand (RTN) dari Cina.
Dimana RTN mengontrak Cina Shipbuilding and Offshore International Company (CSOC) pada Mei 2017 untuk memasok satu kapal selam diesel-listrik S26T seharga 13,5 miliar dolar. Rencananya kapal tersebut dijadwalkan dikirim pada tahun 2023. [Fan]