“Seluruh konsep ‘purdah’ ini untuk menghindari godaan, namun tidak semua orang memiliki kemauan untuk menghindari hal itu,”kata PM Imran Khan.
JERNIH– Para aktivis perempuan Pakistan mengecam Perdana Menteri Imran Khan, setelah mantan pemain kriket nasional itu menyalahkan cara perempuan berpakaian sebagai sebab meningkatnya kasus pemerkosaan di negara itu.
Dalam sebuah wawancara di televisi yang disiarkan secara langsung akhir pekan lalu, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengatakan peningkatan angka pemerkosaan mengindikasikan “konsekuensi dalam masyarakat mana pun, ketika vulgaritas sedang meningkat”.
Lalu lulusan Oxford itu menyebutkan bahwa insiden pemerkosaan telah meningkat sangat pesat di masyarakat. Dia kemudian menyarankan para perempuan untuk menutupi tubuh mereka guna mencegah timbulnya godaan bagi lawan jenis, sebagaimana ditulis kantor berita AFP.
“Seluruh konsep ‘purdah’ ini untuk menghindari godaan, namun tidak semua orang memiliki kemauan untuk menghindari hal itu,” kata PM Pakistan tersebut.
Ratusan orang telah menandatangani pernyataan yang beredar via online hari Rabu (7/4), yang menyebutkan komentar Khan “secara faktual salah, tidak sensitif dan berbahaya”.
Salah pelaku dan sistem?
“Kesalahan semata-mata terletak pada pemerkosa dan sistem yang memungkinkan terjadinya pemerkosaan, termasuk budaya yang dipupuk lewat pernyataan-pernyataan, seperti yang dikemukakan oleh (Khan),” tulis petisi itu.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan, yang merupakan pengawas HAM independen, mengatakan pihaknya terkejut dengan komentar Khan. “Komentarnya tidak hanya mengkhianati rasa “ketidaktahuan yang membingungkan” tentang di mana, mengapa dan bagaimana pemerkosaan terjadi, tetapi juga menyalahkan korban pemerkosaan, yang seharusnya sudah diketahui pemerintah, dapat berkisar korbannya mulai dari anak-anak hingga korban kejahatan kehormatan,” kata petisi itu.
Pakistan adalah sebuah negara yang sangat konservatif di mana korban pelecehan seksual sering dipandang curiga dan pengaduan atas tindak tkriminal tersebut jarang diselidiki secara serius. Sebagian besar kehidupan masyarakatnya dikungkungi aturan “kehormatan” di mana perempuan yang dianggap menimbulkan “rasa malu” pada keluarga, kerap dijadikan sasaran kekerasan atau pembunuhan, tulis AFP.
Menurut AFP, Pakistan hampir selalu menempati peringkat terburuk di dunia untuk masalah kesetaraan gender. Protes nasional meletus tahun lalu ketika seorang kepala polisi menegur korban pemerkosaan beberapa pria, karena mengemudi di malam hari tanpa pendamping laki-laki. Perempuan itu diserang di depan anak-anaknya di pinggir jalan raya, setelah mobilnya kehabisan bahan bakar.
Tahun lalu, Khan juga dikritik setelah penampilan dia di televisi, di mana orang nomor satu di Pakistan itu gagal menentang pernyataan seorang ulama yang mengatakan virus corona timbul karena kesalahan perempuan.
Kontroversi terbaru terjadi ketika penyelenggara di balik “Pawai Hari Perempuan Internasional” berhadapan melawan apa yang mereka sebut kampanye disinformasi terkoordinasi terhadap mereka, termasuk lewat penyebaran foto dan video palsu secara online. Akibatnya, mereka dituduh melakukan penistaan agama–masalah yang sangat sensitif di Pakistan, di mana tuduhan-tuduhan serupa sebelumnya telah menyebabkan serangan massa. Beberapa kalangan juga menuduh para pemimpin pawai menyebarkan budaya Barat.
Dalam penampilan TV akhir pekannya itu, tulis AFP, Khan juga menyalahkan tingkat perceraian di Inggris akibat budaya “seks, narkoba, dan rock and roll” yang dimulai pada tahun 1970-an, ketika Khan yang dua kali bercerai mendapatkan reputasinya di London sebagai ‘playboy‘. [AFP]