JAKARTA – Menempatkan tujuh orang kaum milenial alias golongan muda di dalam istana sebagai staf khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepertinya bukan sebuah solusi. Tugas stafsus pun dinilai belum jelas.
“Tanpa pembagian tugas yang jelas posisi staf khusus ini akan tumpang tindih dengan struktur yang sudah ada,” ujar Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera di Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Oleh sebab itu, Mardani menyebutkan, bisa jadi ke tujuh anak muda tersebut hanya aksesoris semata. Sebab, jabatan Stafsus dengan jabatan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) bakal tumpang tindih. “Kelihatan tumpang tindih dengan KSP,” katanya.
Meski demikian, pihaknya mengapresiasi upaya Jokowi menggaet kaum milenial masuk dalam istana. Bahkan tak mau berburuk sangka jika pemberian jabatan itu semata-mata mengakomodasi pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 lalu.
“Penunjukan anak muda, perempuan dan difabelnya diapresiasi. Jangan suuzon. Saya menunggu penjelasan lanjutan tentang tupoksinya,” kata dia.
Sebelumnya, Jokowi mengumumkan tujuh orang staf khusus yang merupakan kalangan milenial yang berusia sekitar 20-an hingga 30-an. Namun bila ditotal maka keseluruhan berjumlah 13 staf khusus Presiden.
“Sore hari ini saya ingin kenalkan stafsus Presiden yang baru, yang tugas khususnya nanti adalah mengembangkan inovasi-inovasi di berbagai bidang. Di sini kita lihat anak-anak muda semuanya,” kata Jokowi, Kamis (21/11/2019).
Jokowi memperkenalkan satu per satu. Pertama, Saudara Adamas Belva Syah Devara (29 thn), S2 ganda lulusan Harvard University dan Stanford University di Amerika Serikat. Merupakan pendiri dan CEO Ruang guru, masuk ke Forbes 30 dengan umur di bawah 30 tahun serta mendapatkan medali emas dari Lee Kuan Yew saat lulus sarjana di Nanyang Technology University di Singapura.
Kedua, Putri Indahsari Tanjung (23 thn). Jebolan sarjana Academy of Arts di San Francisco. “Kita sering dengar kiprahnya sebagai founder dan CEO di Creativepreneur dan juga menjadi chief business officer of Kreavi,” ujar dia.
Ketiga, Andi Taufan Garuda Putra (32 thn), lulusan Harvard Kennedy School. Pendiri sekaligus CEO Amarta Micro Fintech. Sebagai sosok bergerak di dunia entrepreneur, banyak meraih penghargaan atas inovasi dan kepeduliannya atas sektor UMKM.
Keempat, Ayu Kartika Dewi (36 thn). Sebagai salah satu anak muda yang memiliki misi mulia untuk merekatkan persatuan di tengah kebinekaan. Pendiri dan mentor lembaga Sabang Merauke 1000 Anak Bangsa Merantau untuk Kembali. Meraih gelar MBA di Duke University di Amerika Serikat.
Kelima, Gracia Billy Mambrasar (31 thn). Merupakan putra Papua, sebentar lagi selesai di Oxford University, dan Oktober akan masuk ke Harvard University untuk S3.
“Kita harapkan bisa banyak berkontribusi dengan gagasan inovatif dalam membangun tanah Papua,” katanya.
Keenam, Angki Yudistia (32 thn). Merupakan anak muda penyandang disabilitas yang aktif bergerak di sociopreneur melalui Thisable Enterprise yang didirikannya. Ia aktif sebagai anggota Asia-Pacific Federation of the Hard of Hearing and Deafened Person, serta anggota International Federation Hard of Hearing of Young People.
Ketujuh, Aminuddin Maruf (33 thn), merupakan santri dan pernah menjadi Ketum Umum PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).
“Mas Aminuddin saya minta keliling ke santri, ke pesantren untuk menebar gagasan-gagasan inovasi baru,” ujar dia. [Fan]