Site icon Jernih.co

WHO: Jumlah Kematian Covid Mungkin Capai Dua Juta Sebelum Vaksin Efektif

Penggali kubur,jernih.co,

Seorang penggali kubur bekerja di Pemakaman San Miguel Xico, Meksiko, Kamis (24/9), di tengah merajalelanya pandemi Covid-19. Foto: AFP

Kematian bisa berlipat ganda tanpa tindakan bersama untuk mengekang dan menghentikan pandemi, kata kepala program darurat PBB

JERNIH—Seorang pejabat tinggi Badan Kesehatan PBB (WHO) mengatakan, jumlah kematian global akibat Covid-19 dapat berlipat ganda menjadi 2 juta sebelum vaksin ditemukan dan bekerja efektif. Jumlah itu bisa lebih tinggi lagi tanpa tindakan bersama di antara negara-negara dunia untuk mengekang pandemic.

“Kecuali jika kita melakukan semuanya, (2 juta kematian)… tak terbayangkan, tapi sayangnya sangat mungkin,”kata Mike Ryan, kepala program kedaruratan PBB, Jumat (25/9). Jumlah kematian pada sekitar sembilan bulan sejak novel coronavirus ditemukan di Cina, telah mendekati angka satu juta. “Kita tidak keluar dari hutan mana pun, kita tidak keluar dari hutan di Afrika,”kata Ryan.

Simak video singkat berikut:

Dia mengatakan, generasi muda tidak bisa disalahkan atas peningkatan infeksi baru-baru ini, meskipun ada kekhawatiran bahwa mereka mendorong penyebarannya setelah pembatasan dan penguncian dilonggarkan di seluruh dunia. “Saya sangat berharap kita tidak ikut campur tangan: itu semua karena masa muda mereka,”kata Ryan. “Hal terakhir yang dibutuhkan orang muda adalah orang tua yang mengoceh dan mengibas-ngibaskan jari.”

Sebaliknya, pertemuan di dalam ruangan orang-orang dari segala usia juga menurut dia akan mendorong epidemi.

WHO melanjutkan pembicaraan dengan Cina tentang kemungkinan keterlibatan negara itu dalam skema pembiayaan COVAX yang dirancang untuk menjamin akses yang cepat dan adil secara global kepada vaksin Covid-19. Ada waktu sepekan setelah tenggat waktu untuk berkomitmen berlalu.

“Kami sedang berdiskusi dengan Cina tentang peran yang mungkin mereka mainkan saat kami maju,” kata Bruce Aylward, penasihat senior WHO dan kepala program ACT-Accelerator untuk mendukung vaksin, perawatan, dan diagnostik melawan Covid-19.

Dia membenarkan bahwa Taiwan telah mendaftar kepada skema tersebut, meski bukan anggota WHO, sehingga total menjadi 159 peserta. Beberapa dari 34 negara masih menyatakan tengah mempertimbangkan untuk memutuskan.

Pembicaraan dengan Cina juga mencakup diskusi tentang bagaimana ekonomi terbesar kedua di dunia itu berpotensi memasok vaksin ke dalam skema tersebut, katanya.

“Jumat lalu WHO menerbitkan rancangan kriteria untuk penilaian penggunaan darurat vaksin Covid-19, guna membantu memandu pembuat obat saat uji coba vaksin mencapai tahap lanjutan,”kata Asisten Direktur Jenderal WHO, Mariangela Simao. Dokumen tersebut, kata dia, akan tersedia untuk menjadi pertimbangan publik hingga 8 Oktober mendatang.

Sebelumnya, Jumat (25/9) lalu seorang pejabat kesehatan Cina mengatakan, WHO telah memberikan dukungan kepada negara tersebut untuk mulai memberikan vaksin virus corona eksperimental kepada orang-orang, bahkan ketika uji klinis masih berlangsung. [South China Morning Post]

Exit mobile version