- Setelah menurunkan artikel yang menyebut staf UNRWA terlibat dengan Hamas, penulis artikel mencoba memvalidasi dan gagal.
- Staf UNRWA ditekan pasukan Israel untuk mengakui tuduhan berkolaborasi dengan Hamas dan membuat pernyataan palsu.
JERNIH — Pemimpin redaksi (Pemred) The Wall Street Journal (WSJ) Elena Chenney mengatakan pihaknya tidak memiliki bukti yang mendukung laporan Januri 2024 lalu bahwa staf Badan PBB untuk Pemulihan Pengungsi Palestina (UNRWA) terlibat dalam Operasi Banjir Al-Aqsa.
“Fakta bahwa klaim Israel belum didukung adalah bukti yang kuat tidak berarti laporan kami tidak akurat atau menyesatkan. Kami telah menariknya kembali, dan ada kesalahan yang dapat diperbaiki,” kata Chenney seperti diberitakan Semafor.
WSJ edisi Januari 2024, mengutip intelejen Israel, memberitakan 12 karyawan UNRWA terlibat dalam Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023.
Sumber berita mengatakan kepada Semafor sejak artikel WSJ diterbitkan, para penulisnya mencoba memvalidasi informasi beberapa kali tapi gagal. Mereka juga mengungkapkan jurnalis WSJ yang meliput perang di Gaza sering menyatakan kekhawatiran tentang liputan bias.
Maret lalu, Reuters melaporkan setelah berminggu-minggu operasi Israel, UNRWA mengatakan — dalam sebuah laporan tak dipublikasikan — beberapa staf-nya dipaksa menyatakan secara salah bahwa mereka memiliki hubungan dengan Hamas dan terlibat dalam Operasi Banjir Al-Aqsa.
UNRWA memiliki 12 ribu staf di Gaza. Israel mengatakan 12 dari mereka punya hubungan dengan Hamas.
Laporan UNRWA, Februari 2024, menyebutkan pekerjanya menjadi sasaran ancaman dan paksaan oleh otoritas Israel saat ditahan. Mereka ditekan untuk membuat pernyataan palsu terhadap lembaga tempatnya bekerja.
Mereka juga dipaksa mengaku berafiliasi dengan Hamas, dan ikut serta dalam Operasi Banjir Al-Aqsa.
Tuduhan kebohongan Israel itu mendorong 15 negara, termasuk AS, menangguhkan setengah miliar dolar dana UNRWA. Akibatnya, situasi kemanusiaan di Gaza sedemikian memprihatinkan dan Israel sedang berusaha menciptakan kelaparan di Gaza.
Pernyataan UNRWA itu menyadarkan banyak negara untuk melanjutkan pendanaan. Terlebih tidak ada tuduhan Israel yang terbukti.