Site icon Jernih.co

Yazidi Armenia Bentuk Unit Militer Lawan Azerbaijan

Yerevan — Yazidi, kelompok minoritas keagamaan, membentuk unit militer dan akan bergabung dengan Armenia dalam perang melawan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Berkumpul di Kuil Yazidi di luar Yerevan, ibu kota Armenia, Rzgan Sarhangyan — veteran perang Nagorno-Karabakh 1994 — membentuk dan memimpin unit Yazidi. Al Arabiya English melaporkan anggota unit Yazidi terdiri dari lelaki berusia antara 18 sampai 55 tahun.

Kebagian dari mereka adalah prajurit cadangan Armenia. Mereka datang dari permukiman komunitas Yazidi yang tersebar di sekujur Armenia sejak pemerintah Armenia mengumumkan darurat militer.

Pertempuran Armenia-Azerbaijan, memperebutkan Nagorno-Karabakh, berlangsung sejak 27 September. Pertempuran dimulai setelah Azerbaijan melancarkan serangan udara ke Nagorno-Karabakh, kantong etnis Armenia yang memisahkan diri dari Azerbaijan tahun 1994.

Komunitas internasional meminta kedua pihak mengakhiri pertempuran, tapi tidak didengar. Terakhir, Stepanakert — ibu kota Republik Artsakh — dihujani temnakan, dengan lebih 29 warga sipil tewas.

Artsakh sebelumnya bagian dari Azerbaijan, dan diakui dunia internasional. Etnis Armenia, didukung Republik Armenia, memisahkan wilayah itu dari Azerbaijan.

Minoritas Terbesar

Yazidi adalah minoritas terbesar di Armenia. Jumlahnya antara 35 ribu sampai 40 ribu orang, menurut sensus 2011. Kebanyakan tinggal di Yerevan.

“Hak untuk hidup dalam damai dipertanyakan,”kata Sashik Sultanyan, dari LSM Hak Asasi Manusia Yazidi. “Kemarin drone terbang di atas Yerevan. Orang Yazidi Armenia memperjuangkan hak dan identitas mereka. Ini bukan sekedar perang untuk tanah.”

Bagi banyak orang, konflik Armenia-Azerbaijan memiliki makna simbolis. Armenia menuduh Turki memasok senjata, dan tentara bayaran ke Azerbaijan.

Yazidi Armenia melarikan diri dari penganiayaan Kekaisaran Ottoman, dan berbagi keluhan dengan Armenia soal Turki. Banyak yang melihat perang melawan Azerbaijan adalah bagian perlawanan terhadap agresi Turki.

Sebuah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan seoang ibu dua tentara Yazidi bersiap mengirim keduanya ke garis depan. Sang ibu kehilangan putra tertua dalam konflik sebelumnya.

Namun wajib militer yang melibatkan semua masyarakat Armenia memicu perdebatan. Akhir Agustus 2020, Armenia menerbitkan undang-undang pembentukan 100 ribu milisi yang berpartisipasi mempertahankan republik.

Exit mobile version