Jernih.co

Drama Naomi Osaka, Demi Antiras, Demi US Open

NEW YORK  – Beberapa grand slam tahun 2020 berlalu begitu saja didera Covid-19. Tetapi Amerika tidak. Kendati pengelolaan Covid-19 di negeri ini (terutama di New York tempat berlangsungnya US Open) sendiri masih berantakan, belum terlihat ada penurunan akibat kebijakan yang simpang siur, tetapi ITF (International Tennis Federation) memberi lampu hijau.

Digelar selama dua minggu (31 Agustus – 13 September 2020), US Open, salah satu seri yang disebut-sebut setara bintang lima dengan Wimbledon, berlangsung di Billie Jean King National Tennis Center. Tanpa penonton dan wajib ikuti aturan protokol kesehatan, termasuk tidak saling berpeluk bagi para petenis.

Tak semua atlet turun. Makanya di kelompok putra nyaris kurang greget. Berbeda dengan kelompok single wanita.  Setidaknya audiens masih bisa menyimak aksi Serena Williams, Karolina Pliskova, Sofia Kenin, Naomi Osaka, Garbine Muguruza, Angelique Kerber, dll. Sayang, Ashleigh Barty rank 1 WTF dari Australia urun turun. Termasuk Simona Halep, si Rumania ranking 2 batal ambil bagian.

ANTIRASIS DAN CEDERA

Perjalanan Osaka tak hanya direpotkan oleh lawan-lawannya. Ia juga “berhadapan” dengan isu kuat di negeri Paman Soam, soal kesetaraan ras. Tak heran sebelum pertandingan ia mengenakan masker bertulis nama-nama korban kekerasan dalam tajuk “Black Lives Matter”. Mulai Breonna Taylor, Elijah McClain, Ahmaud Arbery, Trayvon Martin, dan George Floyd.

Protesnya melalui masker

Cara ini ia lakukan tentu untuk menunjukkan perhatiannya pada persoalan besar bangsa Amerika. Ia merasa di usianya yang semakin dewasa, ia harus lebih banyak mencurahkan kepada ketidakadilan, ketidakberesan. Dan hal itu sangat mengoyak hati petenis kelahiran 16 Oktober 1997 ini. Ia ingin menjalankan peran sebagai petenis yang menyuarakan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan kesetaraan.

“Bagi saya, saya merasa apa yang selama ini saya lakukan bukanlah apa-apa. Itu setitik dari apa yang bisa saya lakukan,” jelas Osaka, yang warga negara Jepang, tapi menetap di Beverly Hills California, Amerika.

Alhasil, aksi Osaka ini mendapat simpati banyak pihak, termasuk keluarga korban yang namanya tertulis di maskernya itu. “Saya hanya berusaha keras untuk tidak menangis,” katanya dalam konferensi pers.

“Ini agak tidak nyata. Sangat menyentuh bahwa mereka akan merasa tersentuh dengan apa yang saya lakukan. Bagi saya, saya merasa apa yang selama ini saya lakukan bukanlah apa-apa. Itu setitik dari apa yang bisa saya lakukan,” tambahnya lagi.

Selama dua turnamen yang ia ikuti di 2020, Osaka memang sangat perhatian akan persoalan besar ini. Di Western & Eastern (WS) Open yang digelar 22-29 Agustus 2020 di venue yang sama dengan US Open, Osaka tampil tetapi kurang maksimal. Ia gagal dengan hanya mengikuti empat pertandingan sebelum mundur akibat cedera hamstring.

Di turnamen ini juara pertama direbut oleh Victoria Azarenka. Sayang pertemuan antara petenis Belarusia ini dengan Osaka tak terjadi. Osaka cedera hamstring kiri pada pertandingan sebelumnya dan saat bersua Azarenka cedera itu belum pulih.

“Saya menyesal harus mundur hari ini karena cedera,” kata Osaka. “Saya mengalami cedera hamstring kiri kemarin pada tiebreak set kedua dan itu belum pulih dalam semalam seperti yang saya harapkan,” tandas Osaka kala itu.

TAKDIR BERSUA AZARENKA

Namun, seperti ditakdirkan untuk persua dengan petenis asal Belarusia itu. Hanya kali ini bukan di babak awal, melainkan di babak final grand salm bergengsi, US Open 2020. Pertemuan antara Azarenka dengan Osaka yang sudah pulih seperti ingin menunjukkan juara sejati.

Azarenka tampil bagus dan konsisten bahkan mengalahkan Serena Williams, si juara enam kali US Open pada semifinal. Azarenka menang dengan skor 1-6, 6-3, 6-3.

Di jam sebelumnya Osaka mengalahkan petenis Amerika lainnya, Jennifer Brady. Ia harus main tiga set, di mana Osaka menang di set pertama (7-6), kalah di set kedua (3-6) dan membalasnya di set terakhir (6-3).

Gagal bersua di WS Open, bertemu di final US Open

Sabtu, 12 September waktu New York, pertandingan yang tak pernah terjadi di WW Open) sekitar tiga minggu sebelumnya akhirnya terjadi di US Open. Osaka lebih dijagokan, maklum ia peringkat 10 WTA. Sedang Azarenka rank 27 WTA. Namun, Azarenka sedang dalam performa terbaik, ini bisa mengalahkan semua ramalan orang. Ia punya bekal pula sebagai juara turnamen WS Open beberapa hari sebelumnya.

Benar saja, set pertama Osaka ketinggalan skor. Azarenka hanya memberi satu poin. Persis seperti Serena memberikan 1 poin pada Azarenka.

Tapi kemudian juara US Open 2018 itu segera bangkit. Membabi-buta, membuat skor apik di set dua dan tiga, masing-masing 6-3 dan 6-3. Tuntas sudah perjuangan si keriwil ini. Dulu ia kalahkan Serena Williams yang dikalahkan Azarenka tahun ini. Kini ia kalahkan Azarenka yang mengalahkan Williams dua hari sebelumnya.

Sekaligus merealisasikan pertandingan tertunda di WS Open. Sekaligus menorehkan petenis Jepang pertama yang meraih dua juara tunggal wanita di US Open sepanjang sejarah.

“Kemenangan ini terasa berbeda secara keseluruhan karena keadaan yang saya alami,” ujarnya usai menerima piala. Keadaan tanpa penonton, keadaan pandemi yang belum pula sirna, keadaan cedera yang belum pulih 100 persen, hingga keadaan masyarakat Amerika tempat ia tinggal yang masih menyimpan soal rasialis.

Osaka tak hanya membawa piala, tetapi juga uang senilai sekitar Rp 43 miliar. Hadiah ini nilainya turun dibandingkan tahun silam, yang mencapai RP 55 miliar. (*)

NAMA-NAMA PETENIS NON-AMERIKA JUARA US OPEN 2 KALI LEBIH  

Exit mobile version