Tokyo — Jepang mulai khawatir bisa menyelenggarakan Olimpiade Tokyo 2020 sesuai jadwal, menyusul tidak ada indikasi virus korona berhenti menyebar dan memakan korban.
“Kami sangat khawatir penyebaran virus dapat menuangkan air dingin pada momentum pertandingan,” kata Toshiro Muto, CEO Komite Organisasi Olimpiade Tokyo 2020. “Semoga semua ini bereakhir secepat mungkin.”
Parlemen Jepang dan Panitia Olimpiade 2020 telah tiga kali mengadakan pertemuan untuk membicarakan kemungkinan penyebaran penyakita selama perhelatan. Dua pertemuan sebelumnya membicarakan cara mencegah wabah rubella dan campak.
Pada pertemuan terakhir, Jumat pekan lalu, Seiko Hashimoto — menteri dalam kabinet Jepang yang bertanggung jawab terhadap Olimpiade 2020 — secara khusus membicarakan pencegahan virus korona selama pertandingan.
Di awal pertemuan, Hashimoto mengatakan; “Yang terpenting adalah semua pihak yang berafiliasi, pemerintah, kota tuan rumah, komite organisasi, dan organisasi olahraga, bersama-sama memastikan Olimpiade 2020 dilaksanakan dengan menjamin penonton, staf, dan atlet.
Pembahasan lebih spesifik dalam pertemuan terakhir mencakup cara menguji atlet peserta, tidak hanya dari Cina tapi juga dari semua negara, untuk memstikan tidak membawa virus. Kedua, apakah akan terus melakukan test events di wilayah yang ditemukan virus.
Kemungkinan Diundur
Di media sosial, netizen mulai menyuarakan kemungkinan penundaan Olimpiade Tokyo 2020, atau dibatalkan sama sekali.
PM Shinzo Abe bereaksi keras dengan mengatakan kepada parlemen Jepang; “Belum ada pembicaraan antara penyelenggara, Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengumumkan keadaan darurat.”
Di luar parlemen, para ahli memperkirakan wabah birus korona akan berlangsung beberapa bulan. Simulasi tim medis Universitas Hon Kong menunjukan jumlah korban terinfeksi di lima kota besar di Cina; Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, dan Chongqing, akan memuncak antara April dan awal Mei 2020.
Olimpiade dan Paralimpiade akan berlangsung 24 Juli sampai 9 Agustus dan 25 Agustus sampai 6 September. Sebagian besar pertandingan digelar di Tokyo, lainnya di prefektur Fukushima, Hokkaido, dan Shizuoka.
Jika simulasi Universitas Hong Kong, Jepang tidak akan punya pilihan selain menunda Olimpiade 2020 sampai tahun berikutnya. Jika itu terjadi, seluruh jadwal olimpiade berikutnya akan terganggu.
Hitoshi Oshitani, profesor di Universitas Tohoku dan penasehat WHO selama krisis SARS 2003, mengatakan penyakit menular saat ini disebabkan virus pernapasan jenis yang sama sekali baru.
“Jadi, Anda tidak pernah tahu kapan wabah akan berakhir,” katanya seperti dikutip Nikkei. “Kamungkinan terbaiknya, wabah akan berakhir sebelum Olimpaide Tokyo 2020.”
Bukan Kali Pertama
Bukan kali pertama wabah penyakit mengancam penyelenggaraan event olahraga. Tahun 2016, virus Zika — ditularkan oleh nyamuk dan menyebabkan cacat lahir pada bayi, mewabah hanya enam bulan sebelum Olimpiade Rio de Janeiro bergulir.
Pada Desember 2015, virus Zika kali pertama dikaitkan dengan cacat lahir 1.200 bayi di Brasil. Virus menyebar ke berbagai negara, dengan 50 negara melaporkan temuan.
Mei 2016, tiga bulan sebelum Olimpiade Rio de Janeiro dibuka, negara bagian Rio De Janeiro melaporkan 26 ribu kasus virus Zika.
Menariknya, Pemerintah Brasil dan Panitia Olimpiade 2016 tetap pada keputusan menggelar perhelatan akbar itu. Keduanya berargumen, memasuki Juli 2016 Brasil mengalami musim dingin dan nyamuk penyebar virus Zika tidak terlalu aktif.
Argumen itu benar. Tidak ada penularan virus Zika selama Olimpiade 2016.
Virus Zika dan korona berbeda. Kasus yang dihadapi Brasil dan Jepang juga bertolak belakang. Virus zika ditularkan nyamuk, virus korona ditularkan lewat tetesan infeksius bukan vektor seperti nyamuk.
Penelitian awal menyebutkan penularan infeksius terjadi saat pengidap virus batuk dan kontak fisik. Penularan masif sangat mungkin terjadi di tengah keramaian.
Profesor Koji Wada, dari Bidang Kesehatan Masyarakat Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Tokyo, mengatakan masih sangat mungkin Jepang menggelar Olimpiade 2020. Syaratnya, bekerja sama dengan WHO dan organisasi lain untuk mengambil langkah diperlukan agar virus korona tidak menyebar.
“Pemerintah harus bisa membujuk calon penonton berada di stadion jika merasa sakit,” kata Wada. “Setidaknya, tidak boleh ada orang batuk di keramaian, apalagi stadion.”
Menurut Profesor Wada, Jepang masih beruntung akan bisa menggelar Olimpiade 2020. “Jika wabah muncul sepekan sebelum Olimpiade 2020 digelar, mungkin patut mempertimbangkan penundaan perhelatan,” katanya.