Ia mengkritik para pendukung Putin di Weibo dan menyinggung soal wilayah Rusia yang seharusnya menjadi milik Cina.
JERNIH – Pelawak sekaligus pembawa acara pencarian bakat di Cina diblokir dari platform media sosial populer Negeri Tirai Bambu, Weibo, setelah mengunggah komentarnya yang mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin.
Melalui pernyataan, Weibo menuturkan akun Zhou Libo diblokir setelah dinilai melanggar kebijakan platform media sosial tersebut. “Karena melanggar aturan, pengguna ini telah diblokir,” bunyi pernyataan Weibo di unggahan komentar Zhou tersebut.
Dalam unggahannya, Zhou mengecam para pendukung untuk “Putin yang Agung”. Ia mengkritik para pendukung Putin di Weibo dan menyinggung soal wilayah Rusia yang seharusnya menjadi milik Cina. “Mengapa selalu ada orang China yang entah kenapa mengirimkan kata-kata baik seperti itu ke Rusia?” tanya Zhou dalam komentarnya.
“Apakah Anda masih melihatnya (Putin) sebagai seorang ayah? Persahabatan tidak apa-apa, tapi sanjungan tentu tidak pantas,” Zhou dalam unggahannya yang kini sudah diblokir.
Komentar Zhou ini muncul ketika Presiden Xi Jinping berencana mengunjungi Putin di Moskow dalam waktu dekat. Recana lawatan ini berlangsung setelah China secara terbuka menawarkan diri untuk menjadi penengah dalam upaya damai Rusia-Ukraina.
Pemblokiran akun Zhou ini pun terjadi ketika Lembaga Pemantau Siber Cina meluncurkan razia besar-besaran selama dua bulan ke depan terhadap “penyebaran rumor” oleh jurnalis warga dan blogger.
“Kami harus secara efektif meningkatkan kedudukan politik kita dan memahami sepenuhnya pentingnya memperbaiki kekacauan yang dibuat media warga,” bunyi pernyataan badan itu pada 12 Maret lalu seperti dilansir Radio Free Asia.
“Tidak dapat dihindari jika kita ingin memenangkan perjuangan ideologi online dan menjaga keamanan nasional serta keamanan politik.”
“Blogger yang mengomentari kebijakan pemerintah, ekonomi, atau mereka yang melaporkan bencana besar dan kejadian terkini sendiri harus menjadi sasaran kampanye ini,” kata badan tersebut.
Razia media sosial ini berlangsung setelah Presiden Xi Jinping kembali mengukuhkan periode ketiganya sebagai penguasa Negeri Tirai Bambu dalam Kongres Rakyat Nasional Partai Komunis (PKC) beberapa hari terakhir.
Seorang blogger sayap kiri dengan syarat anonim menuturkan razia seperti ini bukan yang pertama kali terjadi di China. Ia menilai razia media sosial ini dilakukan demi memastikan tak ada hal yang mengancam masa transisi pemerintahan Xi di periode ketiga ini.
“Mereka (pemerintah) hanya tidak ingin ada yang banyak bicara selama transisi kekuatan ini,” katanya mengacu pada pemerintahan Xi Jinping.
“Mereka dapat menyalahkan Anda kapan saja – dengan alasan menjalankan bisnis ilegal, memancing pertengkaran, dan menimbulkan masalah,” katanya.
“Siapa pun dapat dikatakan telah melakukan kejahatan. Jika mereka ingin mengejarmu, mereka hanya akan mencari alasan… dan melakukannya,” papar blogger tersebut menambahkan. [CNN]