JERNIH – Setelah hampir satu tahun hidup dengan virus corona, tampaknya banyak orang tidak lagi stres setelah bersin atau batuk, atau saat tenggorokan mereka menggelitik. Tetapi masih banyak di luar sana yang khawatir tertular virus.
Di Amerika Serikat ada 90.000-100.000 kasus baru setiap hari. Sementara Inggris melakukan isolasi untuk kedua kalinya, ini tentu bukan saatnya untuk menyatakan kemenangan melawan Covid-19 dan berhenti memakai masker.
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) membahas penggunaan Machine Learning (ML) untuk menganalisis batuk. Dengan menggunakan ML, aplikasi belajar untuk membedakan antara mereka yang mengidap Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala, dan mereka yang sehat dan tidak terkena virus.
Seperti dikutip Phonearena, kemarin, yim yang mengerjakan aplikasi tersebut dapat mengumpulkan 70.000 rekaman dari situs web yang memungkinkan masyarakat meninggalkan sampel batuk melalui ponsel cerdas dan perangkat lain. Secara keseluruhan, ada 200.000 sampel batuk yang dikumpulkan dengan 2.500 sampel dikonfirmasi memiliki Covid atau tanpa gejala.
Sebanyak 98,5%, model dapat secara akurat menentukan apakah seseorang menderita Covid sedangkan untuk subjek tanpa gejala mencapai tingkat akurasi 100%. Kesimpulan yang dicapai dalam laporan tersebut mengatakan, “Teknik AI (Artificial Intelligence) dapat menghasilkan alat skrining asimtomatik Covid-19 skala besar gratis, non-invasif, real-time, kapan saja, dan dapat didistribusikan secara instan untuk meningkatkan pendekatan saat ini dalam menahan penyebarannya. Kasus penggunaan praktis bisa untuk menyeleksi secara harian siswa, pekerja, dan transportasi, atau untuk pengujian kumpulan massa untuk segera mewaspadai wabah dalam kelompok. “
Para peneliti dilaporkan sedang mempertimbangkan distribusi aplikasi pra-skrining gratis yang akan didasarkan pada AI sementara pada saat yang sama bekerja dengan rumah sakit untuk memperluas kumpulan rekaman batuk dan pengujian di masa mendatang. Model berdasarkan batuk bisa berakhir di speaker pintar dan asisten digital seperti Siri, Asisten Google dan Alexa untuk analisis harian. Untuk keakuratan yang diperlukan agar teknologi bermanfaat untuk digunakan, pengujian harus dilakukan pada perangkat dengan mikrofon berkualitas tinggi. Masalah privasi juga masih perlu diselesaikan.
Mampu membuka aplikasi, menanyakan subjek batuk, dan dengan cepat mendapat tanggapan tentang apakah dia mengidap Covid akan sangat membantu dalam upaya memberantas penyakit ini. [*]