Site icon Jernih.co

Perceraian Meningkat Saat Pandemi, Apa Upaya Pemerintah?

Ilustrasi/Shutterstock.

JERNIH – Di masa pandemi Covid-19, tingkat perceraian mengalami lonjakan. Pendaftaran gugatan di Pengadilan Agama (PA) mengalami antrian panjang. Menteri Agama Fachrul Razi pun mengaku prihatin. Apa yang akan dilakukan pemerintah mencegah terus meningkatnya angka perceraian?

Sebelumnya diberitakan antrean pasangan yang akan bercerai di PA Kabupaten Bandung mengular hingga ke jalanan pada Senin (24/8/2020) lalu. Menurut pihak PA Bandung, tercatat ada 80 pemohon pasangan yang hari itu akan bercerai. Di hari itu juga dilakukan 246 sidang perceraian.

“Perceraian tentu hal memprihatinkan. Dampak buruk yang paling ditakuti adalah keterlantaran anak-anak akibat perceraian tersebut. Kami terus berupaya menekan terjadinya perceraian, salah satunya dengan program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) dan Pusaka Sakinah,” ujar Menag, dikutip dari Kemenag, Sabtu (29/8/2020).

Menag mengatakan, masa pandemi memang berdampak terhadap kehidupan keluarga terutama dari sisi ekonomi. Ia berpesan, bahwa kesulitan ekonomi adalah cobaan bagi banyak orang. Cobaan itu seyogyanya dihadapi secara bersama, suami dan istri. “Karenanya, perceraian semaksimal mungkin dihindari. Perceraian memang dibenarkan agama, namun sangat dibenci Tuhan,” pesannya.

Menag memaparkan, Program Bimwin selama ini diikuti 5-10 pasangan calon pengantin (catin) dalam setiap angkatan. Bimbingan ini berlangsung dua hari. Materi yang disampaikan terkait membangun keluarga sakinah, psikologi dan dinamika keluarga, mengelola kebutuhan dan keuangan keluarga, kesehatan reproduksi, dan membangun generasi berkualitas.

“Program ini diampu fasilitator yang sudah terbimtek dari unsur Kemenag, Kemenkes, dan BKKBN. Catin memperoleh pemeriksaan Kesehatan di Puskesmas sebelum hari H. Catin juga memperoleh sertifikat Bimwin Catin setelah mengikuti seluruh sesi,” ungkapnya.

Program Bimwin, lanjut Menag, baru mampu menarget 7-10% Catin dari sekitar dua juta peristiwa nikah pertahun. Guna mengatasinya, Kemenag tengah mengembangkan metode bimbingan virtual. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan target sekitar 40% Catin dan target jangka panjangnya akan menarget seluruh calon pengantin. Upaya lain dilakukan dengan menugaskan KUA untuk melakukan Bimwin secara terbatas, sebelum menikahkan Catin. Materinya sama dengan materi Bimwin yang diperingkas menjadi sekitar 30 menit.

Program pembinaan ekonomi Catin ini juga akan dilaksanakan Kementerian Koperasi, Kemenaker, atau Kemensos. “Kegiatan bimwin dan pembinaan ekonomi dilakukan terpisah, namun merupakan satu kesatuan program sinergis bimbingan bagi Catin,” jelas Menag.

Selain Bimwin, Kemenag juga mengembangkan Pusat Layanan Keluarga Sakinah atau Pusaka Sakinah. Program ini mempunyai misi mewujudkan keluarga sakinah, berwatak moderat, serta mewujudkan KUA yang memiliki kapasitas dan berparadigma good governance.

Menag mengatakan, target Pusaka Sakinah adalah tercapainya transformasi KUA menjadi pusat layanan keluarga sakinah dengan kapasitas optimal sebagai unit pelayanan publik yang menjalankan good governance.

Melalui Pusaka Sakinah, Kemenag juga ingin meningkatkan karakteristik kualitas dasar keluarga sakinah yang berwatak moderat di masyarakat. “Termasuk juga, tumbuhnya kapasitas dan keterampilan insan KUA untuk melakukan pendidikan masyarakat dan untuk menjalankan peran leading sector dalam membangun jejaring kerja pembinaan keluarga sakinah di tingkat kecamatan,” tuturnya.

Sementara Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin menjelaskan program Pusaka Sakinah menyasar remaja, pemuda, catin, pasutri muda, pasutri remaja. Untuk remaja, penguatan akan dititikberatkan pada pencegahan perkawinan anak, pendidikan kehidupan berkeluarga, dan moderasi beragama.

Untuk pemuda atau pemudi, lanjut Kamaruddin, materi program ini terkait kesiapan perkawinan, pespektif gender, kesehatan reproduksi, moderasi beragama. Program-program ini dipublikasikan secara luas hingga di tiap kantor KUA sehingga dapat diikuti oleh siapapun yang berminat dengan gratis.

Program Pusaka Sakinah untuk catin dan pasangan suami-istri difokuskan pada pembahasan tentang kualitas keluarga, pespektif gender, pencegahan perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, moderasi beragama, stunting, dan kesehatan reproduksi serta penurunan kemiskinan, tuturnya.

Untuk Bimwin sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Program Pusaka Sakinah baru dimulai sejak 2019 dan telah tersebar pada 100 KUA se-Indonesia. Tahun depan, Pusaka Sakinah akan diperbanyak pada 120 titik KUA lainnya. Jumlahnya relatif masih kecil, karena ada 5.945 KUA di seluruh Indonesia.

“Ini ikhtiar kami untuk membangun keluarga Indonesia yang berkualitas. Kami juga berharap, adanya Pusat Layanan Keluarga Sakinah, dapat menekan angka perceraian di tanah air,” tambahnya. [*]

Exit mobile version