Site icon Jernih.co

Bagaimana Nasib Montir Saat Indonesia Beralih ke Kendaraan Listrik?

Para montir kendaraan tidak akan tergusur asal montir cepat belajar kendaraan listrik agar punya pengetahuan tentang kendaraan listrik.

JERNIH-Sejak lama pemerintah berniat beralih dari kendaraan dengan bahan bakar minyak (BBM) menjadi kendaraan listrik. Bahkan pemerintah telah menetapkan target pada pada tahun 2025 mendatang sebanyak 400 ribu unit mobil listrik atau 20% kendaraan yang beredar di Indonesia adalah mobil listrik.

Untuk mewujudkan rencana tersebut pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 terkait percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Diperkuat dengan terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Peta Jalan Pengembangan, Spesifikasi, dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

baca juga: Apakah Jakarta Tetap Macet Paska Ibukota Pindah IKN?

Lalu bagaimana nasib mereka yang mencari nafkah dengan menjadi montir kendaraan?

Transisi kendaraan konvensional menjadi bertenaga listrik di Indonesia disebut tak akan menggusur montir. Bahkan perubahan dari koprek mesin pembakaran dalam ke motor elektrik disebut akan jadi peluang bagi montir. Mereka tinggal belajar sebentar.

“Jadi sebetulnya kehadiran mobil listrik tidak menggusur montir-montir yang sudah ada. Tinggal menambah belajarnya saja,” kata Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo (Bamsoet).

Selanjutnya Bamsoet mengingatkan agar montir mesti cepat belajar kendaraan listrik agar punya pengetahuan lebih banyak dibanding montir lainnya.

baca juga: Begini Cara Cek Apakah Kendaraan Kita Pernah Terekam ETLE

“Pemerintah sedang mendorong percepatan migrasi dari konvensional ke elektrik. Peluangnya adalah belum banyak sekarang yang paham tentang mesin elektrik,”.

Bamsoet juga menyebut jika nantinya Indonesia akan kebanjiran mobil listrik dan motor listrik. Namun pengerjaan servis kendaraan listrik disebut lebih mudah ketimbang versi bahan bakar lantaran suku cadangnya tidak terlalu banyak.

“Pekerjaannya tidak terlalu belepotan karena elektrik. Tapi tetap ada spare partnya, kan command besarnya listrik, dinamonya ada, penggerak roda ada, remnya pasti ada, AC nya elektriknya masih ada. Sebenarnya tidak terlalu beda jauh, yang membedakan adalah mesin diganti dengan baterai,”.

Bamsoet bahkan menyarakan agar para montir tak segan berbagi ilmu dengan montir lain sebab tak semua montir bisa menangani berbagai macam merek kendaraan, tetapi jika semua sudah berkumpul maka dengan jaringan yang terbentuk bisa menangani apa pun. (tvl)

Exit mobile version