Jernih.co

Dokumen Palsu Guncang FAM, FIFA Bongkar Pemain Keturunan “Rekayasa”

FIFA menemukan bukti mengejutkan — dokumen palsu yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) untuk mendaftarkan pemain “keturunan” ternyata palsu. Dari akta lahir yang dimanipulasi hingga tempat asal leluhur yang direkayasa.

JERNIH – Setelah tadinya mencoba “menyenggol” PSSI, FAM belakangan kian terpojok. Kali ini yang “bicara” FIFA.

FIFA secara resmi mengungkap bahwa Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) menggunakan dokumen palsu dalam pendaftaran sejumlah pemain keturunan. Temuan ini menimbulkan keraguan serius terhadap integritas dan tata kelola FAM, serta mengguncang fondasi sepak bola nasional Malaysia.

Dalam putusan bertanggal 6 Oktober, Wakil Ketua Komite Disiplin FIFA Jorge Palacio menyoroti adanya ketidakkonsistenan mencolok antara akta kelahiran asli yang diperoleh FIFA dan versi yang diajukan oleh FAM untuk membuktikan kelayakan pemain-pemain tersebut.

“Komite ingin menyoroti bahwa akta kelahiran asli menunjukkan kontras yang tajam dengan dokumentasi yang diberikan,” tulis Palacio dalam dokumen keputusan itu.

Temuan ini segera memicu krisis baru di tubuh sepak bola Malaysia, memperdalam keraguan publik terhadap transparansi dan ketelitian proses verifikasi FAM.

Pemalsuan Silsilah Pemain

Kasus paling mencolok melibatkan gelandang kelahiran Belanda Hector Hevel. Dokumen FAM mengklaim kakeknya lahir di Melaka, namun penyelidikan FIFA menemukan bahwa akta kelahiran asli justru mencantumkan Den Haag, Belanda, sebagai tempat lahir yang sebenarnya.

Hal serupa terjadi pada pemain Jon Irazabal, yang disebut memiliki leluhur dari Kuching, Sarawak. Faktanya, dokumen asli yang ditemukan FIFA mengungkap bahwa kakeknya berasal dari Villa de Guernica, Viscaya, Spanyol.

Selain mereka, enam pemain lain — Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, dan Joao Figueiredo — juga dinyatakan bersalah bersama FAM atas pelanggaran Pasal 22 Kode Disiplin FIFA yang mencakup pemalsuan dan penggunaan dokumen palsu dalam proses resmi.

Akibat pelanggaran tersebut, FAM dijatuhi denda sebesar 350.000 franc Swiss (sekitar Rp 7,3 miliar), sementara masing-masing pemain didenda 2.000 franc Swiss (sekitar Rp 41,6 juta) dan dilarang bermain selama 12 bulan.

FIFA juga mengutip pernyataan dari Departemen Registrasi Nasional (NRD) Malaysia, yang diklaim oleh FAM sebagai otoritas pendukung data pemain. Namun, NRD menegaskan bahwa mereka tidak pernah menerima akta kelahiran asli, melainkan hanya salinan berdasarkan dokumen asing dari Argentina, Brasil, dan Spanyol.

“Pengakuan ini menunjukkan bahwa proses validasi pemerintah Malaysia tidak didasarkan pada dokumen asli,” tulis Palacio.

“Hal ini mempertanyakan ketelitian proses verifikasi FAM,” lanjutnya.

Keputusan FIFA ini berpotensi mengguncang posisi Malaysia di kualifikasi Piala Asia 2027. Sekretaris Jenderal Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) Datuk Seri Windsor Paul menyebut bahwa jika keputusan FIFA tetap berlaku, hasil pertandingan Malaysia bisa dibatalkan — dengan poin otomatis diberikan kepada lawan mereka.

Sebelumnya, pada 2016 Timor Leste didepak dari Piala Asia setelah FIFA dan AFC menemukan bahwa banyak pemain asal Brasil menggunakan dokumen palsu untuk mengklaim keturunan Timor. Beberapa bahkan belum pernah menginjakkan kaki di negara itu.

Akta baptis palsu, sertifikat lahir yang direkayasa, dan surat naturalisasi kilat digunakan untuk memperkuat tim nasional yang sedang berjuang naik peringkat.

Hasilnya tragis: Timor Leste didiskualifikasi dari kompetisi resmi selama bertahun-tahun, dan reputasi sepak bola mereka hancur total.(*)

BACA JUGA: Skandal Naturalisasi yang Mengguncang Sepakbola Malaysia

Exit mobile version